PENGANTAR
1.
Gereja harus menaruh perhatian istimewa kepada anak-anak, yaitu mereka yang
dibaptis bayi. Mereka itu masih harus menjalani inisiasi sepenuhnya
melalui Sakramen Krisma dan Ekaristi.
Juga anak-anak yang baru saja menerima komuni pertama
masih patut menerima perhatian khusus. Sebab pada zaman ini anak-anak berkembang
dalam suasana yang kurang menguntungkan bagi kemajuan rohani. Satu tambahan
pula banyak orangtua kurang memenuhi tanggungjawabnya untuk mendidik
anak-anaknya secara kristen.
2. Pendidikan iman gerejawi bagi anak-anak itu sangat
sukar, karena mereka belum dapat mengambil manfaat sepenuh-penuhnya dari perayaan
liturgi, khususnya perayaan Ekaristi. Meskipun kini dalam misa dipakai bahasa
pribumi, namun kata-kata maupun tanda-tanda yang dipakai dalam misa kurang
sesuai dengan daya tangkap anak-anak. Memang dalam kehidupan sehari-hari pun
anak-anak tidak selalu bisa menangkap segala hal yang mereka alami bersama
dengan orang-orang dewasa; dan mereka belum tentu menjadi bosan karenanya. Dari
sebab itu tidak dapat dituntut bahwa mereka harus selalu memahami
segala-galanya dalam liturgi. Namun di lain pihak anak-anak itu akan sangat
dirugikan dalam perkembangan rohaninya kalau bertahun-tahun lamanya mereka
mengalami hal-hal yang tidak atau kurang dapat mereka mengerti. Sebab psikologi
modern membuktikan bahwa anak-anak mempunyai bakat religius yang luar biasa, sehingga
pengalaman religius pada masa kanak-kanak dan pada umur SD sangat berpengaruh
dalam perkembangan mereka.
3. Kalau Gereja mau mengikut jejak Tuhannya yang
"memeluk anak-anak dan memberkati mereka" (Mrk. 10: 16), ia tidak
boleh membiarkan anak-anak dalam keadaan seperti digambarkan di atas itu. Maka
dalam Konsili Vatikan II, yaitu dalam Konstitusi
Liturgi, sudah dituntut bahwa liturgi harus disesuaikan dengan
bermacam-macam kelompok orang.
Segera sesudah Konsili, terutama dalam sinode para uskup
yang pertama tahun 1967 di Roma, mulailah dipelajari dengan teliti bagaimana anak-anak
dapat diikutsertakan dalam liturgi dengan lebih mudah. Pada kesempatan itu, Ketua
Dewan Pelaksana Konstitusi Liturgi mengatakan dengan jelas bahwa soalnya bukan
menyusun upacara yang sama sekali lain, melainkan menyesuaikan upacara yang ada
dengan mempertahankan, menyingkat, atau menghilangkan unsur-unsur tertentu, dan
dengan memilih teks-teks yang lebih cocok.
4. Pedoman Umum Buku
Misa yang diterbitkan tahun 1969 sudah memberi petunjuk mengenai segala sesuatu
yang menyangkut perayaan Ekaristi bersama dengan umat. Sementara itu Kongregasi
Ibadat sudah berulang kali menerima permintaan dari seluruh dunia agar
memikirkan juga misa bersama dengan anak-anak. Maka dari itu pedoman khusus ini
telah disusun sebagai lampiran pada Pedoman
Umum Buku Misa, dan sebagai hasil kerjasama para ahli, laki-laki maupun
perempuan, dari sekian banyak bangsa.
5. Seperti halnya dalam Pedoman Umum Buku Misa, demikian pula dalam pedoman ini terdapat
beberapa hal yang diserahkan kepada wewenang Konferensi Waligereja setempat dan
kepada setiap uskup, untuk disesuaikan dengan keadaan konkret.
Di samping itu bila dianggap perlu, Konferensi Waligereja
berhak mengadakan penyesuaian lebih lanjut dalam hal misa anak-anak dalam
wilayah yang bersangkutan. Namun, sesuai dengan Konstitusi Liturgi no. 40,
hendaknya penyesuaian itu diajukan kepada Takhta Apostolik untuk disetujui
sebelum dilaksanakan.
6. Yang dimaksudkan dengan istilah "anak-anak"
dalam pedoman ini ialah mereka yang belum memasuki masa pancaroba. Pada umumnya
yang dimaksudkan bukan anak-anak yang cacat fisik atau mental, sebab untuk
mereka ini diperlukan penyesuaian yang lebih besar lagi. Namun petunjuk-petunjuk
di bawah ini sedikit banyak dapat diterapkan kepada anak-anak cacat.
7. Sebagai dasar, Bab Pertama dalam pedoman ini (no. 8-15)
membicarakan pelbagai cara untuk membimbing anak-anak kepada penghayatan
liturgi Ekaristi. Bab Kedua (no. 16-19) dengan singkat membahas misa untuk
orang dewasa yang diikuti oleh anak-anak, sedang dalam Bab Ketiga (no. 20-54)
diuraikan lebih panjang lebar tentang misa anak-anak yang hanya dihadiri oleh
beberapa orang dewasa saja.
BAB I
MEMBIMBING ANAK-ANAK KEPADA PERAYAAN EKARISTI
8. Seorang yang mau menghayati hidup yang sungguh-sungguh
kristen, haruslah mengambil bagian dalam upacara-upacara liturgi, sebab di situ
kaum beriman berkumpul menjadi satu untuk merayakan misteri Paskah. Maka
jelaslah kiranya bahwa anak-anak sejak kecil harus dibimbing kepada penghayatan
liturgi itu.
Bila Gereja membaptis anak-anak, ia juga bertanggungjawab
agar mereka itu tumbuh dalam persatuan dengan Kristus dan dengan saudara-saudara
seiman. Adapun tanda dan jaminan persatuan itu adalah keikutsertaan dalam
perjamuan Ekaristi. Maka anak-anak harus disiapkan untuk mengambil bagian dalam
Ekaristi dan makin mendalami artinya. Pendidikan Ekaristi itu tidak boleh
dipisahkan dari pendidikan umum, yang sifatnya umum kemanusiaan maupun khusus
kristen. Pendidikan liturgi yang tidak didasarkan pada pendidikan umum itu
sungguh merugikan.
9. Jadi semua pihak yang berkecimpung dalam pendidikan
anak-anak, hendaknya bekerjasama sekuat tenaga, supaya anak-anak dapat berkembang
sesuai dengan taraf pertumbuhannya, bukan hanya dalam menghayati hal-hal ilahi
pada umumnya, melainkan juga dalam mengalami nilai-nilai manusiawi yang
terdapat dalam perayaan Ekaristi pada khususnya. Yang dimaksudkan dengan
nilai-nilai manusiawi itu misalnya kebersamaan, pemberian salam, kemampuan
untuk memasang telinga, kemampuan untuk minta ampun dan memberi ampun, ungkapan
rasa terima kasih, penghayatan lambang-lambang, jamuan persahabatan, perayaan
pesta, dan lain sebagainya.
Inilah tugas katekese Ekaristi (lihat di bawah, no. 12),
yaitu memperkenalkan nilai-nilai manusiawi tersebut kepada anak-anak, sehingga
tahap demi tahap jiwa mereka terbuka untuk menangkap nilai-nilai kristen dan
untuk merayakan misteri Kristus sesuai dengan umur dan keadaan psikologis
maupun sosial.
10. Tentu saja
keluargalah yang memainkan peranan pertama dan terpenting dalam usaha menanamkan
nilai-nilai manusiawi dan kristen itu dalam hati anak-anak. Maka sangat perlu
bahwa pendidikan kristen yang diberikan oleh orangtua dan orang-orang lain
dalam keluarga dibantu serta diarahkan kepada pembinaan liturgi.
Ketika anak-anak dibaptis, orangtua mereka dengan bebas
menerima tanggungjawab yang berat untuk mengajar anaknya setiap hari dan wajib
pula membimbing mereka agar dapat berdoa sendiri. Kalau anak-anak dari kecil
disiapkan demikian, dan selalu diajak menghadiri misa bersama dengan keluarga
bila mereka minta, maka mereka akan lebih mudah ikut bernyanyi dan berdoa
bersama dengan umat bahkan mereka sudah akan sedikit banyak menghayati makna misteri
Ekaristi.
Tetapi kalau orangtua tidak begitu kuat dalam iman dan
toh menginginkan pendidikan kristen bagi anak-anaknya, maka para orangtua itu
dapat diajak untuk menerangkan nilai-nilai manusiawi di atas kepada anak-anak,
untuk menghadiri pertemuan para orangtua; dan untuk mengikuti perayaan-perayaan
liturgi (bukan Ekaristi) yang khusus diselenggarakan untuk anak-anak.
11. Selain itu juga
umat setempat mempunyai tanggungjawab terhadap anak-anak katolik yang tinggal
dalam wilayahnya. Umat setempat itu dapat merupakan sekolah yang terbaik untuk
membina kehidupan kristen dan penghayatan liturgi anak-anak, asal saja umat setempat
sungguh-sungguh memberi kesaksian tentang Injil, hidup dalam kasih persaudaraan,
dan aktif merayakan misteri-misteri Kristus.
Orang-orang tertentu dalam umat setempat itu, seperti
misalnya para wali baptis dan orang lain yang cakap, dapat memberi bantuan
lebih besar untuk katekese anak-anak, terutama kepada keluarga-keluarga yang
kurang memerhatikan pendidikan kristen anak-anaknya.
Taman Kanak-kanak dan sekolah-sekolah katolik serta
berbagai perkumpulan anak-anak katolik harus pula memberi sumbangan dalam hal ini.
12. Memang perayaan liturgi selalu mempunyai unsur dan fungsi
pendidikan, juga terhadap anak-anak. Meskipun demikian, amat penting bahwa
dalam pelajaran agama, baik di sekolah maupun di paroki, katekese tentang perayaan
Ekaristi diberi perhatian yang wajar, supaya anak-anak belajar ikut serta dalam
perayaan Ekaristi dengan aktif dan sadar, serta dengan cara yang sesuai.
Katekese itu harus diselaraskan dengan alam pikiran dan
daya tangkap anak-anak. Upacara-upacara dan doa-doa misa yang terpenting harus
dijelaskan dalam katekese itu, supaya anak-anak dapat mendalami arti perayaan
Ekaristi dan ikut serta juga dalam kehidupan Gereja. Ini terutama berlaku untuk
rumus-rumus Doa Syukur Agung dan aklamasi-aklamasi yang digunakan dalam
perayaan Ekaristi dengan anak-anak.
Sehubungan dengan ini, terutama katekese persiapan komuni
pertama memegang peranan yang amat penting. Di situ anak-anak tidak hanya mempelajari
ajaran-ajaran iman tentang Ekaristi, tetapi mereka dididik juga untuk
menyiapkan diri dengan tobat yang ikhlas dan mengambil bagian secara aktif
dalam Ekaristi bersama dengan umat Allah. Mereka diantar kepada meja perjamuan
Tuhan dan kepada persekutuan umat, dan dengan demikian diterima sepenuhnya
sebagai anggota Tubuh Kristus.
13. Dalam rangka persiapan dan pembinaan anak-anak untuk merayakan
liturgi Gereja, amat pentinglah menyelenggarakan berbagai macam ibadat anak-anak,
dengan maksud supaya mereka lebih mudah menangkap dan menghayati beberapa unsur
liturgi, seperti misalnya pemberian salam, saat hening, pujian bersama, lebih-lebih
yang berupa nyanyian. Namun hendaknya dijaga, jangan sampai ibadat-ibadat itu
terlalu menyerupai pelajaran.
14. Dalam perayaan ibadat yang diselenggarakan bersama anak-anak
itu hendaknya makin besarlah peranan pembacaan sabda Allah, sesuai dengan daya
tangkap mereka. Bahkan, bila kemampuan rohani anak-anak sudah mengizinkan, hendaklah
lebih sering diadakan ibadat sabda yang sungguh-sungguh, lebih-lebih dalam Masa
Adven dan Prapaskah. Ibadat Sabda tersebut dapat sangat membantu anak-anak
dalam menghargai sabda Allah.
15. Pendidikan anak-anak untuk merayakan liturgi, khususnya
Ekaristi, (tak terkecuali cara-cara tersebut di atas), selalu mempunyai tujuan yang
sama, yaitu supaya tingkah laku dan cara hidup anak-anak makin lama makin
sesuai dengan amanat Injil.
BAB II
MISA UNTUK ORANG DEWASA YANG DIHADIRI JUGA
OLEH
ANAK-ANAK
16. Di banyak tempat, terutama pada
Hari Minggu dan Hari Raya, misa paroki dirayakan untuk seluruh umat
bersama-sama, baik orang dewasa maupun anak-anak. Dalam misa umat itu teladan dan kesaksian para orang dewasa bisa mempunyai
peranan dan pengaruh besar terhadap anak-anak. Sebaliknya orang dewasa juga
akan diperkaya oleh perayaan semacam itu, bila mereka di situ melihat
pentingnya peranan anak-anak dalam umat Kristen. Pun keluarga-keluarga katolik
sangat ditolong membina semangat kristen, bila mereka besama-sama mengikuti
misa keluarga, yaitu ibu bapa, anak-anak dan anggota keluarga lainnya.
Para kanak-kanak yang belum sanggup atau belum berhasrat
mengikuti misa dapat dibawa masuk pada akhir misa untuk menerima berkat penutup
bersama dengan seluruh umat. Selama misa berlangsung mereka dapat diawasi dan
diperhatikan di ruang lain oleh beberapa ibu yang ditugaskan oleh paroki.
17. Namun dalam misa umat yang diadakan untuk
umum itu haruslah diusahakan jangan sampai anak-anak merasa ditelantarkan
karena tidak bisa mengikuti dan memahami apa yang dilakukan dan diucapkan dalam
upacara itu. Kehadiran anak-anak hendaknya selalu diperhatikan dengan salah
satu cara, misalnya dengan menyapa mereka dalam kata pengantar pada awal misa
atau dalam kata penutup sebelum berkat pada akhir misa, atau dalam salah satu
bagian homili.
Kalau
keadaan mengizinkan, dapat juga liturgi sabda dengan homili dirayakan khusus
untuk anak-anak di suatu ruang lain yang tidak terlalu jauh dari gereja. Kalau
begitu, umat dewasa pada waktu yang sama merayakan ibadat sabda yang lebih
sesuai dengan kebutuhan mereka, dan baru pada awal liturgi Ekaristi anak-anak
digabungkan dengan umat dewasa.
18. Dapatlah sangat berguna kalau dalam misa umat beberapa
tugas diserahkan kepada anak-anak. Misalnya mereka dapat mengantar persembahan
atau membawakan satu dua nyanyian.
19. Kalau dalam misa umat jumlah anak lebih besar,
kadang-kadang seluruh misa dapat disesuaikan dengan kebutuhan anak-anak itu.
Homili bisa ditujukan khusus kepada anak-anak, tetapi sedemikian rupa hingga
juga orang dewasa dapat memetik manfaat dari padanya.
Tentu saja selalu dapat diadakan penyesuaian-penyesuaian
yang dimungkinkan dalam tata perayaan Ekaristi. Tetapi di samping itu, dalam
misa umat yang dihadiri juga oleh anak-anak, dapat pula dimasukkan
penyesuaian-penyesuaian khusus yang akan diuraikan di bawah ini, asal saja
uskup setempat memberi izin.
BAB III
MISA ANAK-ANAK YANG DIHADIRI OLEH
BEBERAPA ORANG DEWASA
20. Misa umat seperti di atas, yaitu yang dihadiri oleh anak-anak
bersama dengan orangtua serta anggota keluarga lainnya tak mungkin diadakan
setiap saat. Maka dianjurkan agar di samping misa seperti itu, juga
diselenggarakan misa khusus untuk anak-anak yang dihadiri oleh beberapa orang
dewasa saja.
Misa semacam ini terutama cocok untuk hari-hari biasa
dalam pekan. Dari permulaan pembaruan liturgi sudah disepakati bahwa dalam misa
untuk anak-anak itu diperlukan beberapa penyesuaian khusus. Penyesuaian-penyesuaian
tersebut akan diuraikan secara umum pada no. 38-54 di bawah.
21. Sehubungan dengan ini hendaknya selalu diperhatikan
bahwa misa khusus anak-anak harus membantu anak-anak untuk dapat mengikuti misa
umat, khusunya misa umat pada hari Minggu.
Dari sebab itu sebaiknya jangan diadakan upacara misa
yang sama sekali baru, yaitu yang terlalu menyimpang dari tata perayaan
Ekaristi, kecuali sejauh itu harus disesuaikan dengan umur anak-anak.
Masing-masing unsur dalam misa harus selalu mempunyai tujuan yang sama seperti
yang diuraikan dalam Pedoman Umum Buku
Misa, meskipun kadang-kadang, dengan alasan pastoral, unsur-unsur tersebut
dapat mempunyai bentuk lain.
PEMBAGIAN TUGAS DAN PARA PETUGAS
22. Tuntutan untuk ikut serta secara aktif lagi sadar
berlaku juga untuk misa anak-anak, bahkan sangat dipentingkan. Maka hendaknya
diusahakan agar segala sesuatu diarahkan kepada tujuan ini, yaitu untuk
mempermudah dan meningkatkan partisipasi anak-anak itu.
Sebanyak mungkin anak hendaknya diserahi tugas-tugas
khusus dalam perayaan, seperti misalnya: menyiapkan dan menghias ruang dan altar
(lihat no. 29); membawakan nyanyian (lihat no.24); bernyanyi dalam paduan suara
atau memainkan alat musik (lihat no. 32); membawakan bacaan (lihat no. 24 dan
47); memberi jawaban dalam homili (lihat no. 48); mengucapkan doa umat; mengantar
persembahan ke altar, atau melakukan tugas-tugas lain sesuai dengan adat
kebiasaan bangsa yang bersangkutan (lihat no. 34 ).
Untuk memajukan keikusertaan anak-anak, kadang-kadang
dapat juga diadakan tambahan-tambahan, misalnya anak-anak dapat menyebutkan
alasan-alasan untuk bersyukur, sebelum imam mulai dengan prefasi.
Dalam semua hal itu harus diingat, bahwa keikutsertaan secara
lahiriah akan sangat merugikan anak-anak bila tidak diarahkan kepada keikutsertaan
batin. Oleh karena itu saat-saat hening mempunyai tempat penting juga dalam
misa anak-anak (lihat no. 37).
Hendaknya diperhatikan agar anak-anak menyadari dengan sungguh-sungguh
bahwa keikutsertaan itu mencapai puncaknya dalam komuni dengan menyambut Tubuh
dan Darah Kristus sebagai santapan rohani.
23. Imam yang merayakan misa bersama dengan anak-anak
hendaknya berusaha agar perayaan sungguh-sungguh bersifat pesta dalam suasana
persaudaraan dan kekhidmatan. Hal ini sangat tergantung dari usaha imam
sendiri, lebih daripada dalam misa dengan orang dewasa. Imam-lah yang harus
menyiapkan diri dengan lebih teliti; imam pula yang harus berusaha menciptakan
suasana dengan cara bertindak dan cara bicara.
Hendaknya imam menaruh perhatian besar supaya
gerak-geriknya pantas, jelas, dan sederhana. Bila menyapa anak-anak, hendaknya
disertai ungkapan dan peragaan (gerak-gerik) sehingga mudah ditangkap, tetapi
harus dihindari gerak-gerik yang kekanak-kanakan. Kata pengantar dan
penjelasan-penjelasan lain hendaknya dibawakan oleh imam dengan bebas, supaya anak-anak
dapat ikut serta secara ikhlas dalam perayaan liturgi. Janganlah penjelasan-penjelasan
itu semata-mata merupakan suatu pengajaran.
Hati anak-anak lebih mudah disentuh dan digerakkan, bila
imam kadang-kadang menyapa atau mengajak mereka dengan kata-katanya sendiri, misalnya
untuk doa tobat, untuk doa persembahan, untuk doa Bapa Kami, untuk salam damai,
untuk menyambut komuni.
24. Pada hakikatnya, perayaan Ekaristi selalu merupakan
tindakan seluruh umat setempat. Maka dianjurkan agar juga dalam misa anak-anak
hadir pula, beberapa orang dewasa, bukan sebagai pengawas, melainkan sebagai
anggota umat yang ikut serta dalam doa, men-dampingi serta membantu anak-anak
seperlunya.
Bila pastor paroki atau pengurus gereja yang bersangkutan
setuju, maka salah seorang dari hadirin dewasa dapat juga membawakan homili
sesudah Injil, lebih-lebih kalau imam yang bersangkutan sukar menyesuaikan diri
dengan alam pikiran anak-anak. Dalam hal ini hendaknya diindahkan kaidah-kaidah
yang digariskan oleh Kongregasi Klerus.
Juga dalam misa anak-anak dapatlah berguna kalau petugas-petugas,
seperti pembaca dan penyanyi, diambil dari orang dewasa maupun dari anak-anak,
supaya dengan demikian misa lebih tampak sebagai perayaan umat. Dengan adanya
variasi suara, misa tidak mudah membosankan.
TEMPAT DAN WAKTU PERAYAAN
25. Tempat utama untuk perayaan Ekaristi bersama dengan
anak- anak ialah gereja. Tetapi, di dalam gereja itu hendaknya sedapat mungkin
dicari suatu tempat yang cocok dengan jumlah peserta dan dengan sifat perayaan,
sehingga anak-anak bisa bergerak dengan bebas sebagaimana dituntut untuk suatu
perayaan liturgi yang hidup, sesuai dengan umur anak-anak yang bersangkutan.
Kalau gereja tidak dapat memenuhi syarat-syarat tersebut,
lebih baik misa anak-anak kadang-kadang dirayakan di tempat lain, asal saja tempat
itu cocok serta pantas untuk perayaan liturgi.
26. Untuk misa anak-anak hendaknya dipilih waktu yang lebih
cocok dengan keadaan anak-anak, sehingga mereka sungguh terbuka untuk
mendengarkan sabda Allah dan merayakan Ekaristi.
27. Misa dengan anak-anak dapat dirayakan pada hari-hari
biasa, asalkan jangan tiap-tiap hari. Dengan demikian misa tersebut akan lebih
mengena dan tidak menjemukan anak-anak. Lagi pula, kalau jarak perayaan yang
satu dengan perayaan berikutnya lebih lama, misa anak-anak itu dapat disiapkan
dengan lebih baik.
Misa bukanlah suatu ibadat yang paling tepat untuk
anak-anak. Kadang-kadang lebih baik mengadakan upacara doa, dimana anak-anak juga
dapat memberi sumbangan spontan atau mengadakan renungan bersama; atau diadakan
ibadat sabda, untuk melanjutkan dan mem-perdalam amanat perayaan Ekaristi yang lalu,
serta menyiapkan anak-anak untuk ikut serta secara lebih intensif dalam
perayaan Ekaristi yang berikut.
28. Bila anak-anak yang mengikuti misa berjumlah terlalu banyak,
perhatian dan partisipasi mereka akan sangat sulit. Maka dari itu, kalau dapat,
lebih baik dibentuk beberapa kelompok, bukan menurut perbedaan umur saja,
melainkan menurut taraf penghayatan iman serta tingkat katekese.
Kalau misa untuk kelompok-kelompok itu dirayakan pada
hari biasa tentu tidak perlu dijatuhkan pada hari dan waktu yang sama.
MENYIAPKAN PERAYAAN
29. Perayaan Ekaristi dengan anak-anak harus dicarikan
waktu yang tepat dan disiapkan dengan saksama, terutama doa, nyanyian, bacaan
dan ujud doa umat. Persiapan ini sebaiknya dilakukan dalam kerjasama antara
semua orang dewasa dan anak yang bertugas dalam misa itu. Sedapat mungkin
beberapa anak hendaknya diikutsertakan dalam meng- atur dan menghias ruang
perayaan, menyiapkan piala, patena, dan ampul. Persiapan-persiapan lahiriah itu
dapat membina rasa kebersamaan dalam perayaan, kalau disertai penghayatan batin
yang selaras.
NYANYIAN DAN MUSIK
30. Pada umumnya nyanyian itu sangat penting dalam semua
perayaan liturgi. Tetapi dalam misa anak-anak nyanyian harus diberi tempat yang
lebih banyak, sebab anak-anak itu amat terbuka dan gemar akan musik. Tentu saja
nyanyian itu harus sesuai dengan alam kebudayaan bangsa yang bersangkutan serta
dengan daya tangkap anak-anak.
Kalau mungkin aklamasi-aklamasi dinyanyikan oleh
anak-anak daripada hanya diucapkan saja, lebih-lebih aklamasi-aklamasi yang
terdapat dalam Doa Syukur Agung.
31. Supaya anak-anak lebih mudah ikut serta dalam nyanyian
"Kemuliaan", "Syahadat", "Kudus" dan
"Anakdomba Allah" di sini dapat digunakan lagu-lagu dengan terjemahan
yang lebih cocok untuk anak-anak, meskipun menyimpang dari terjemahan resmi.
Tetapi gubahan-gubahan itu harus mempunyai imprimatur.
32. Juga dalam misa anak-anak, alat-alat musik membawa manfaat
besar, terutama kalau anak-anak sendiri memainkannya. Sebab alat-alat itu dapat
mengiringi nyanyian atau mengisi saat hening. Juga rasa gembira dan suasana
pesta serta pujian kepada Allah dapat diungkapkan dengan alat-alat musik.
Namun harus diperhatikan jangan sampai permainan dengan
alat musik mengalahkan nyanyian atau membelokkan perhatian anak-anak itu dari
penghayatan liturgi. Sebaliknya musik haruslah sesuai dengan fungsi tiap bagian
misa yang ditentukan untuk nyanyian atau permainan instrumental.
Dengan mengingat syarat-syarat yang sama, dalam misa itu
dapat juga diperdengarkan musik dari tape
recorder, pick-up dan lain-lain,
sesuai dengan petunjuk Konferensi Waligereja.
SIKAP BADAN DAN GERAK
33. Mengingat bahwa liturgi menyangkut manusia seutuhnya,
mengingat pula psikologi anak-anak, maka sangat dianjurkan agar keikutsertaan anak-anak
dalam misa diusahakan juga melalui sikap badan dan gerak-gerik, sesuai dengan
umur mereka dan sesuai dengan adat-istiadat setempat. Bukan hanya sikap dan
gerak-gerik imam yang mempunyai peranan penting dalam liturgi, melainkan juga
sikap dan gerak tubuh anak-anak yang bersama-sama merayakan liturgi tersebut.
Menurut Pedoman
Umum Buku Misa, Konferensi Waligereja dapat menentukan sikap badan dalam misa
sesuai dengan kebiasaan setempat. Hal ini berlaku juga untuk misa dengan anak-anak.
Maka hendaknya kebutuhan anak-anak diperhatikan atau bahkan ditetapkan
kaidah-kaidah khusus untuk mereka.
34. Di antara gerak tubuh terutama diperhatikan perarakan
dan gerak-gerik lain yang mengikutsertakan seluruh tubuh. Jadi sangat berguna,
bila anak-anak berarak-arak masuk ke ruang perayaan bersama dengan imam, sebab
dengan demikian mereka lebih mudah merasa berkumpul dan bersatu sebagai himpunan
umat. Beberapa anak dapat ikut dalam perarakan Injil, supaya lebih tampak bahwa
Kristus hadir untuk mewartakan Sabda-Nya kepada mereka. Bila beberapa anak mengantar
piala, hosti dan persembahan lain, mereka mengungkapkan dengan lebih nyata arti
dan maksud persiapan persembahan. Juga perarakan menyambut komuni hendaknya
diatur dengan tertib dan lancar, supaya anak-anak ditolong dalam menghayati
perjamuan kudus.
UNSUR-UNSUR VISUAL
35. Liturgi misa mengandung banyak unsur visual yang memegang
peranan penting dalam perayaan. Hal ini terutama menyangkut unsur-unsur yang
berhubungan dengan peredaran tahun liturgi, seperti penyembahan salib,
penyalaan lilin Paskah, lampu-lampu pesta Yesus dipersembahkan di kenisah,
warna liturgi yang berbeda-beda, serta hiasan-hiasan lainnya.
Di samping unsur-unsur visual dalam tata perayaan itu
sendiri atau dalam tempat-tempat perayaan, hendaknya juga digunakan unsur-unsur
lain yang mencerminkan karya agung Tuhan dalam penciptaan dan penebusan; dan
yang mendorong anak-anak untuk berdoa. Tidak pernah liturgi boleh tampak sebagai
upacara yang kering dan membosankan, yang hanya ditujukan kepada pikiran saja.
36. Dengan alasan yang sama dapat bermanfaat bila anak-anak
sendiri menyiapkan atau membuat gambar-gambar, misalnya melukiskan isi homili,
menggambarkan ujud-ujud doa umat, sebagai alat peraga dalam renungan mereka.
SAAT HENING
37. Juga dalam misa anak-anak harus ada “saat hening sebagai
bagian penting dari perayaan". Maka janganlah kesibukan-kesibukan lahir
terlalu ditekankan. Anak-anak sungguh sanggup untuk mengheningkan cipta dan
untuk berdoa dalam batin. Namun mereka harus dibimbing dan dibantu supaya
belajar mengalami saat hening (misalnya sesudah komuni atau sesudah homili)
untuk menenangkan hati dan mengadakan renungan singkat, untuk berdoa memuji
Tuhan dalam batin.
Di samping itu hendaknya diperhatikan, -lebih daripada
dalam misa dengan orang dewasa -agar teks-teks liturgi dibawakan dengan tenang
dan jelas, tidak terburu-buru, dengan pause-pause singkat di antara kalimat dan
alinea.
BAGIAN MISA SATU
PER SATU
38. Tentu saja struktur umum misa selalu terdiri "dari
dua bagian, yaitu Liturgi Sabda dan Liturgi Ekaristi" yang didahului oleh
upacara pembuka dan diakhiri dengan upacara penutup. Namun dalam masing-masing
bagian perayaan itu dapat diadakan beberapa perubahan dan penyesuaian
sebagaimana diuraikan di bawah ini, supaya anak-anak sungguh dapat menghayati
"misteri iman... melalui upacara dan doa-doa", sesuai dengan hukum-hukum
psikologis yang berlaku untuk umur mereka.
39. Janganlah perbedaan antara misa anak-anak dan misa
orang dewasa menjadi terlalu besar. Beberapa bagian upacara dan rumus sedapat-dapatnya
jangan diubah, seperti "aklamasi-aklamasi dan jawaban-jawaban yang diberikan
umat atas salam dan doa imam".
Juga doa Bapa Kami dan penyebutan Allah Tritunggal pada akhir
berkat penutup misa jangan diubah. Dinasihatkan agar anak-anak lambat laun dibiasakan
dengan syahadat panjang, tanpa mengurangi kebebasan untuk menggunakan syahadat
singkat, lihat di bawah, no. 49.
a) Upacara Pembuka
40. Tujuan upacara pembuka misa ialah "untuk
mempersatukan umat yang berhimpun dan untuk mempersiapkan mereka, supaya dapat mendengarkan
sabda Tuhan dan merayakan Ekaristi dengan sebaik-baiknya". Juga dalam misa
anak-anak harus diusahakan agar tujuan tersebut tercapai; jadi jangan sampai
upacara-upacara pembuka terlalu bertele-tele dan bersimpang siur, sehingga
membelokkan perhatian dari tujuan yang sebenarnya.
Maka dari itu unsur-unsur tertentu dalam upacara pembuka
kadang-kadang boleh di-tiadakan, sedang unsur-unsur lain dapat diperkaya dan
diperluas. Tetapi hendaknya selalu ada pembukaan yang diakhiri dengan doa pembuka.
Dalam memilih masing-masing unsur, harus diperhatikan agar setiap bagian mendapat
giliran pada waktunya, dan jangan ada sesuatu yang sama sekali diabaikan.
b) Pembacaan dan Penguraian Sabda
Allah
41. Bacaan-bacaan dari Alkitab "merupakan bagian pokok
Liturgi Sabda". Oleh karena itu dalam misa anak-anak selalu harus diadakan
pembacaan Alkitab.
42. Mengenai jumlah bacaan pada Hari Minggu dan pada pesta-pesta
hendaknya diindahkan keputusan Konferensi Waligereja. Bila bagi anak-anak terlalu
sukar untuk mendengarkan tiga atau dua bacaan; dapat juga dikurangi menjadi dua
atau cukup satu saja.Tetapi bacaan dari Injil tidak pernah boleh ditiadakan.
43. Dapat terjadi bahwa semua bacaan yang ditetapkan untuk
hari yang bersangkutan tidak cocok untuk anak-anak. Kalau begitu, boleh dipilih
bacaan lain, diambil dari Buku Bacaan Misa atau langsung dari Alkitab, asal
saja tidak bertentangan dengan tahun liturgi.
Kepada Konferensi Waligereja dinasihatkan agar disusun
dan diterbitkan Buku Bacaan Misa yang khusus untuk anak-anak. Mengingat
kepentingan anak-anak, kadang-kadang ayat-ayat tertentu lebih baik dilewati, Namun
hendaknya hal ini dilakukan dengan hati-hati dan diselidiki baik-baik, jangan
sampai menyimpang dari maksud pengarang atau mengganggu konteks Alkitab.
44. Dalam memilih bacaan-bacaan, lebih pentinglah memerhatikan
isi daripada jumlah dan panjangnya bacaan. Belum tentu bacaan yang lebih singkat
dengan sendirinya lebih cocok untuk anak-anak. Dalam hal ini hendaknya
diutamakan santapan rohani yang bisa diambil oleh anak-anak, dari pembacaan
itu.
45. Pada waktu Alkitab dibacakan, "Tuhan sendirilah yang
bersabda kepada umat-Nya... Dengan perantaraan sabda-Nya, Kristus sendiri hadir
di tengah-tengah umat beriman". Oleh karena itu hendaknya dihindari
saduran Alkitab yang terlalu bebas. Namun dianjurkan untuk menggunakan terjemahan
yang sesuai untuk anak-anak, misalnya yang sudah tersedia untuk katekese anak-anak,
asal saja memakai imprimatur.
46. Bacaan-bacaan hendaknya diselingi dengan nyanyian dan
mazmur tanggapan, yang terdiri dari beberapa ayat mazmur yang dipilih dengan
saksama untuk kepentingan anak-anak, nyanyian lain yang seirama dengan mazmur
atau nyanyian Alleluya dengan ayat sederhana. Namun dalam nyanyian tanggapan
itu anak-anak selalu harus dapat ikut serta. Nyanyian tanggapan kadang-kadang
boleh diganti dengan saat hening berupa renungan.
Kalau hanya diadakan satu bacaan saja, nyanyian tersebut
boleh dibawakan sesudah homili.
47. Dari pembacaan Alkitab itu anak-anak harus dapat mengambil
manfaat untuk diri mereka; sedikit demi sedikit mereka harus belajar menghargai
dan mendalami sabda Allah. Maka dari itu semua uraian mengenai teks bacaan
harus dianggap penting dan dimanfaatkan sebaik-baiknya.
Cara menguraikan bacaan, misalnya dengan penjelasan singkat
sebelum bacaan. Maksud penjelasan itu ialah menggugah anak-anak untuk mendengarkan
dengan penuh perhatian, menjelaskan konteks bacaan serta menyiapkan mereka untuk
menangkap intinya. Dalam misa yang diadakan pada perayaan seorang kudus, bacaan-bacaan
lebih mudah dimengerti, bila riwayat hidup santo atau santa yang bersangkutan
diceritakan secara singkat, entah sebelum bacaan, entah dalam homili.
Kalau struktur bacaan mengizinkan, beberapa anak dapat
membawakannya dengan membagikan dalam beberapa peran seperti dilakukan dalam
pembacaan Kisah Sengsara Tuhan dalam Pekan Suci.
48. Dalam semua misa untuk anak-anak, homili amat penting untuk
menguraikan sabda Allah. Homili untuk anak-anak kadang-kadang dapat berupa
tanya jawab atau percakapan, kecuali kalau dianggap lebih tepat bahwa anak-anak
mendengarkan saja.
49. Bila pada akhir Liturgi Sabda diucapkan syahadat, boleh
dipakai syahadat para rasul, sebab syahadat para rasul itu mempunyai tempat
juga dalam katekese anak-anak.
c) Doa-doa Pemimpin Upacara
50. Dalam doa-doa yang dibawakan oleh pemimpin upacara,
imam harus dapat mengikutsertakan anak-anak dalam doanya. Maka dari itu hendaknya
ia memilih doa-doa misa yang paling cocok untuk anak-anak, asal tidak bertentangan
dengan tahun liturgi.
51. Kadang-kadang doa yang dipilih itu belum cukup
mengungkapkan pengalaman hidup dan penghayatan iman anak-anak, sebab doa itu
dikarang untuk kepentingan orang-orang dewasa. Kalau begitu boleh saja rumus
doa dari Buku Misa itu diubah dan disesuaikan dengan kebutuhan anak-anak. Namun
hendaknya diusahakan, agar maksud dan inti doa sedikit banyak dipertahankan; hendaknya
sedapat mungkin dihindarkan segala sesuatu yang bertentangan dengan sifat khas
doa pemimpin ibadat. Demikian misalnya harus dihindarkan nasihat dan peringatan
yang terlalu moralistis atau cara bicara yang terlalu kekanak-kanakan.
52. Puncak seluruh Perayaan Ekaristi, juga dalam misa dengan
anak-anak, ialah Doa Syukur Agung. Dalam hal ini sangat menentukan bagaimana
doa tersebut dibawakan oleh imam dan bagaimana dapat diikuti oleh anak-anak
serta disambut dengan aklamasi-aklamasi.
Sikap batin yang diharapkan dari anak-anak dalam puncak
perayaan ini ialah ketenangan dan rasa hormat, yang meliputi seluruh Doa Syukur
Agung. Dengan demikian anak-anak lebih mudah menghayati kehadiran Kristus di
altar dalam rupa roti dan anggur; mereka lebih mudah dapat ikut serta dalam kurban
dan ucapan syukur yang disampaikan bersama Kristus bersatu dengan Kristus, serta
dengan perantaraan Dia. Dan mereka lebih mudah mengambil bagian dalam persembahan
Gereja yang berlangsung pada saat itu, yaitu waktu kaum beriman mempersembahkan
seluruh hidupnya kepada Bapa kekal bersama Kristus dalam Roh Kudus.
d) Persiapan Komuni
53. Sesudah Doa Syukur Agung hendaknya selalu menyusul Doa
Bapa Kami, pemecahan roti dan ajakan untuk menyambut komuni, sebab bagian-bagian
tersebut menduduki tempat yang amat penting dalam rangka persiapan komuni.
e) Komuni dan Upacara Penutup
54. Hendaknya bagian upacara ini diselenggarakan sedemikian
rupa sehingga anak-anak yang sudah boleh menerima komuni dapat menyambut dalam suasana
tenang dan dengan penuh kekhidmatan. Sebab dengan demikian mereka mengambil
bagian sepenuh-penuhnya dalam misteri Ekaristi. Kalau dapat, selama pembagian
komuni dilagukan nyanyian yang sesuai.
Dalam misa anak-anak sangat berguna bila sebelum berkat
penutup imam memberikan suatu kata penutup, sebab sebelum pulang anak-anak
masih memerlukan sekedar ulangan dan petunjuk konkret tentang cara penerapan
amanat perayaan. Namun amanat penutup tersebut hendaknya singkat saja. Di sini
tepat sekali bila ditunjukkan dan ditegaskan hubungan yang erat antara liturgi
dan kehidupan sehari-hari.
Pada
kesempatan-kesempatan tertentu, sesuai dengan tahun liturgi dan dengan kepentingan
anak-anak, imam hendaknya memakai rumus-rumus berkat meriah; namun pada bagian
akhir hendaknya selalu digunakan rumus berkat dengan menyebut Allah Tritunggal;
dan dengan membuat tanda salib.
PENUTUP
55. Maksud pedoman ini tak lain tak bukan ialah
agar anak-anak dalam perayaan Ekaristi dapat menyongsong Kristus, dan bersama
dengan-Nya mereka "menghadap Bapa", dengan cara yang lebih cocok
serta dalam suasana yang lebih menggembirakan. Bila mereka terlibat secara
sadar dan aktif dalam kurban dan perjamuan Ekaristi, mereka pun dididik kian
hari kian mendalam untuk mewartakan Kristus, di rumah maupun di luar rumah, dalam
keluarga maupun di antara teman-teman sebaya; lagi pula mereka belajar
menghayati iman mereka dalam hidup sehari-hari, sebab "iman mengungkapkan
diri dalam cinta kasih" (Gal. 5:6).***
Sumber:
Spektrum, No. 4 Tahun XXIV, 1996
Jakarta, Desember 1996, Dokpen KWI
No comments:
Post a Comment