Wednesday, December 5, 2012

PEDOMAN PASTORAL MISA DENGAN ANAK-ANAK


PENGANTAR

1. Gereja harus menaruh perhatian istimewa kepada anak-anak, yaitu mereka yang dibaptis bayi. Mereka itu masih harus menjalani inisiasi sepenuhnya melalui Sakramen Krisma dan Ekaristi.
Juga anak-anak yang baru saja menerima komuni pertama masih patut menerima perhatian khusus. Sebab pada zaman ini anak-anak berkembang dalam suasana yang kurang menguntungkan bagi kemajuan rohani. Satu tambahan pula banyak orangtua kurang memenuhi tanggungjawabnya untuk mendidik anak-anaknya secara kristen.
2. Pendidikan iman gerejawi bagi anak-anak itu sangat sukar, karena mereka belum dapat mengambil manfaat sepenuh-penuhnya dari perayaan liturgi, khususnya perayaan Ekaristi. Meskipun kini dalam misa dipakai bahasa pribumi, namun kata-kata maupun tanda-tanda yang dipakai dalam misa kurang sesuai dengan daya tangkap anak-anak. Memang dalam kehidupan sehari-hari pun anak-anak tidak selalu bisa menangkap segala hal yang mereka alami bersama dengan orang-orang dewasa; dan mereka belum tentu menjadi bosan karenanya. Dari sebab itu tidak dapat dituntut bahwa mereka harus selalu memahami segala-galanya dalam liturgi. Namun di lain pihak anak-anak itu akan sangat dirugikan dalam perkembangan rohaninya kalau bertahun-tahun lamanya mereka mengalami hal-hal yang tidak atau kurang dapat mereka mengerti. Sebab psikologi modern membuktikan bahwa anak-anak mempunyai bakat religius yang luar biasa, sehingga pengalaman religius pada masa kanak-kanak dan pada umur SD sangat berpengaruh dalam perkembangan mereka.      
3. Kalau Gereja mau mengikut jejak Tuhannya yang "memeluk anak-anak dan memberkati mereka" (Mrk. 10: 16), ia tidak boleh membiarkan anak-anak dalam keadaan seperti digambarkan di atas itu. Maka dalam Konsili Vatikan II, yaitu dalam Konstitusi Liturgi, sudah dituntut bahwa liturgi harus disesuaikan dengan bermacam-macam kelompok orang.
Segera sesudah Konsili, terutama dalam sinode para uskup yang pertama tahun 1967 di Roma, mulailah dipelajari dengan teliti bagaimana anak-anak dapat diikutsertakan dalam liturgi dengan lebih mudah. Pada kesempatan itu, Ketua Dewan Pelaksana Konstitusi Liturgi mengatakan dengan jelas bahwa soalnya bukan menyusun upacara yang sama sekali lain, melainkan menyesuaikan upacara yang ada dengan mempertahankan, menyingkat, atau menghilangkan unsur-unsur tertentu, dan dengan memilih teks-teks yang lebih cocok.
4. Pedoman Umum Buku Misa yang diterbitkan tahun 1969 sudah memberi petunjuk mengenai segala sesuatu yang menyangkut perayaan Ekaristi bersama dengan umat. Sementara itu Kongregasi Ibadat sudah berulang kali menerima permintaan dari seluruh dunia agar memikirkan juga misa bersama dengan anak-anak. Maka dari itu pedoman khusus ini telah disusun sebagai lampiran pada Pedoman Umum Buku Misa, dan sebagai hasil kerjasama para ahli, laki-laki maupun perempuan, dari sekian banyak bangsa.
5. Seperti halnya dalam Pedoman Umum Buku Misa, demikian pula dalam pedoman ini terdapat beberapa hal yang diserahkan kepada wewenang Konferensi Waligereja setempat dan kepada setiap uskup, untuk disesuaikan dengan keadaan konkret. 
Di samping itu bila dianggap perlu, Konferensi Waligereja berhak mengadakan penyesuaian lebih lanjut dalam hal misa anak-anak dalam wilayah yang bersangkutan. Namun, sesuai dengan Konstitusi Liturgi no. 40, hendaknya penyesuaian itu diajukan kepada Takhta Apostolik untuk disetujui sebelum dilaksanakan.
6. Yang dimaksudkan dengan istilah "anak-anak" dalam pedoman ini ialah mereka yang belum memasuki masa pancaroba. Pada umumnya yang dimaksudkan bukan anak-anak yang cacat fisik atau mental, sebab untuk mereka ini diperlukan penyesuaian yang lebih besar lagi. Namun petunjuk-petunjuk di bawah ini sedikit banyak dapat diterapkan kepada anak-anak cacat.
7. Sebagai dasar, Bab Pertama dalam pedoman ini (no. 8-15) membicarakan pelbagai cara untuk membimbing anak-anak kepada penghayatan liturgi Ekaristi. Bab Kedua (no. 16-19) dengan singkat membahas misa untuk orang dewasa yang diikuti oleh anak-anak, sedang dalam Bab Ketiga (no. 20-54) diuraikan lebih panjang lebar tentang misa anak-anak yang hanya dihadiri oleh beberapa orang dewasa saja.


BAB I
MEMBIMBING ANAK-ANAK KEPADA PERAYAAN EKARISTI

8. Seorang yang mau menghayati hidup yang sungguh-sungguh kristen, haruslah mengambil bagian dalam upacara-upacara liturgi, sebab di situ kaum beriman berkumpul menjadi satu untuk merayakan misteri Paskah. Maka jelaslah kiranya bahwa anak-anak sejak kecil harus dibimbing kepada penghayatan liturgi itu.
Bila Gereja membaptis anak-anak, ia juga bertanggungjawab agar mereka itu tumbuh dalam persatuan dengan Kristus dan dengan saudara-saudara seiman. Adapun tanda dan jaminan persatuan itu adalah keikutsertaan dalam perjamuan Ekaristi. Maka anak-anak harus disiapkan untuk mengambil bagian dalam Ekaristi dan makin mendalami artinya. Pendidikan Ekaristi itu tidak boleh dipisahkan dari pendidikan umum, yang sifatnya umum kemanusiaan maupun khusus kristen. Pendidikan liturgi yang tidak didasarkan pada pendidikan umum itu sungguh merugikan.
9. Jadi semua pihak yang berkecimpung dalam pendidikan anak-anak, hendaknya bekerjasama sekuat tenaga, supaya anak-anak dapat berkembang sesuai dengan taraf pertumbuhannya, bukan hanya dalam menghayati hal-hal ilahi pada umumnya, melainkan juga dalam mengalami nilai-nilai manusiawi yang terdapat dalam perayaan Ekaristi pada khususnya. Yang dimaksudkan dengan nilai-nilai manusiawi itu misalnya kebersamaan, pemberian salam, kemampuan untuk memasang telinga, kemampuan untuk minta ampun dan memberi ampun, ungkapan rasa terima kasih, penghayatan lambang-lambang, jamuan persahabatan, perayaan pesta, dan lain sebagainya.
Inilah tugas katekese Ekaristi (lihat di bawah, no. 12), yaitu memperkenalkan nilai-nilai manusiawi tersebut kepada anak-anak, sehingga tahap demi tahap jiwa mereka terbuka untuk menangkap nilai-nilai kristen dan untuk merayakan misteri Kristus sesuai dengan umur dan keadaan psikologis maupun sosial.
10. Tentu saja keluargalah yang memainkan peranan pertama dan terpenting dalam usaha menanamkan nilai-nilai manusiawi dan kristen itu dalam hati anak-anak. Maka sangat perlu bahwa pendidikan kristen yang diberikan oleh orangtua dan orang-orang lain dalam keluarga dibantu serta diarahkan kepada pembinaan liturgi.
Ketika anak-anak dibaptis, orangtua mereka dengan bebas menerima tanggungjawab yang berat untuk mengajar anaknya setiap hari dan wajib pula membimbing mereka agar dapat berdoa sendiri. Kalau anak-anak dari kecil disiapkan demikian, dan selalu diajak menghadiri misa bersama dengan keluarga bila mereka minta, maka mereka akan lebih mudah ikut bernyanyi dan berdoa bersama dengan umat bahkan mereka sudah akan sedikit banyak menghayati makna misteri Ekaristi.
Tetapi kalau orangtua tidak begitu kuat dalam iman dan toh menginginkan pendidikan kristen bagi anak-anaknya, maka para orangtua itu dapat diajak untuk menerangkan nilai-nilai manusiawi di atas kepada anak-anak, untuk menghadiri pertemuan para orangtua; dan untuk mengikuti perayaan-perayaan liturgi (bukan Ekaristi) yang khusus diselenggarakan untuk anak-anak.
11. Selain itu juga umat setempat mempunyai tanggungjawab terhadap anak-anak katolik yang tinggal dalam wilayahnya. Umat setempat itu dapat merupakan sekolah yang terbaik untuk membina kehidupan kristen dan penghayatan liturgi anak-anak, asal saja umat setempat sungguh-sungguh memberi kesaksian tentang Injil, hidup dalam kasih persaudaraan, dan aktif merayakan misteri-misteri Kristus.
Orang-orang tertentu dalam umat setempat itu, seperti misalnya para wali baptis dan orang lain yang cakap, dapat memberi bantuan lebih besar untuk katekese anak-anak, terutama kepada keluarga-keluarga yang kurang memerhatikan pendidikan kristen anak-anaknya.
Taman Kanak-kanak dan sekolah-sekolah katolik serta berbagai perkumpulan anak-anak katolik harus pula memberi sumbangan dalam hal ini.
12. Memang perayaan liturgi selalu mempunyai unsur dan fungsi pendidikan, juga terhadap anak-anak. Meskipun demikian, amat penting bahwa dalam pelajaran agama, baik di sekolah maupun di paroki, katekese tentang perayaan Ekaristi diberi perhatian yang wajar, supaya anak-anak belajar ikut serta dalam perayaan Ekaristi dengan aktif dan sadar, serta dengan cara yang sesuai.
Katekese itu harus diselaraskan dengan alam pikiran dan daya tangkap anak-anak. Upacara-upacara dan doa-doa misa yang terpenting harus dijelaskan dalam katekese itu, supaya anak-anak dapat mendalami arti perayaan Ekaristi dan ikut serta juga dalam kehidupan Gereja. Ini terutama berlaku untuk rumus-rumus Doa Syukur Agung dan aklamasi-aklamasi yang digunakan dalam perayaan Ekaristi dengan anak-anak.
Sehubungan dengan ini, terutama katekese persiapan komuni pertama memegang peranan yang amat penting. Di situ anak-anak tidak hanya mempelajari ajaran-ajaran iman tentang Ekaristi, tetapi mereka dididik juga untuk menyiapkan diri dengan tobat yang ikhlas dan mengambil bagian secara aktif dalam Ekaristi bersama dengan umat Allah. Mereka diantar kepada meja perjamuan Tuhan dan kepada persekutuan umat, dan dengan demikian diterima sepenuhnya sebagai anggota Tubuh Kristus.
13. Dalam rangka persiapan dan pembinaan anak-anak untuk merayakan liturgi Gereja, amat pentinglah menyelenggarakan berbagai macam ibadat anak-anak, dengan maksud supaya mereka lebih mudah menangkap dan menghayati beberapa unsur liturgi, seperti misalnya pemberian salam, saat hening, pujian bersama, lebih-lebih yang berupa nyanyian. Namun hendaknya dijaga, jangan sampai ibadat-ibadat itu terlalu menyerupai pelajaran.
14. Dalam perayaan ibadat yang diselenggarakan bersama anak-anak itu hendaknya makin besarlah peranan pembacaan sabda Allah, sesuai dengan daya tangkap mereka. Bahkan, bila kemampuan rohani anak-anak sudah mengizinkan, hendaklah lebih sering diadakan ibadat sabda yang sungguh-sungguh, lebih-lebih dalam Masa Adven dan Prapaskah. Ibadat Sabda tersebut dapat sangat membantu anak-anak dalam menghargai sabda Allah.
15. Pendidikan anak-anak untuk merayakan liturgi, khususnya Ekaristi, (tak terkecuali cara-cara tersebut di atas), selalu mempunyai tujuan yang sama, yaitu supaya tingkah laku dan cara hidup anak-anak makin lama makin sesuai dengan amanat Injil.


BAB II
MISA UNTUK ORANG DEWASA YANG DIHADIRI JUGA
OLEH ANAK-ANAK

16.  Di banyak tempat, terutama pada Hari Minggu dan Hari Raya, misa paroki dirayakan untuk seluruh umat bersama-sama, baik orang dewasa maupun anak-anak. Dalam misa umat itu teladan dan kesaksian para orang dewasa bisa mempunyai peranan dan pengaruh besar terhadap anak-anak. Sebaliknya orang dewasa juga akan diperkaya oleh perayaan semacam itu, bila mereka di situ melihat pentingnya peranan anak-anak dalam umat Kristen. Pun keluarga-keluarga katolik sangat ditolong membina semangat kristen, bila mereka besama-sama mengikuti misa keluarga, yaitu ibu bapa, anak-anak dan anggota keluarga lainnya.
Para kanak-kanak yang belum sanggup atau belum berhasrat mengikuti misa dapat dibawa masuk pada akhir misa untuk menerima berkat penutup bersama dengan seluruh umat. Selama misa berlangsung mereka dapat diawasi dan diperhatikan di ruang lain oleh beberapa ibu yang ditugaskan oleh paroki.
17.  Namun dalam misa umat yang diadakan untuk umum itu haruslah diusahakan jangan sampai anak-anak merasa ditelantarkan karena tidak bisa mengikuti dan memahami apa yang dilakukan dan diucapkan dalam upacara itu. Kehadiran anak-anak hendaknya selalu diperhatikan dengan salah satu cara, misalnya dengan menyapa mereka dalam kata pengantar pada awal misa atau dalam kata penutup sebelum berkat pada akhir misa, atau dalam salah satu bagian homili.
Kalau keadaan mengizinkan, dapat juga liturgi sabda dengan homili dirayakan khusus untuk anak-anak di suatu ruang lain yang tidak terlalu jauh dari gereja. Kalau begitu, umat dewasa pada waktu yang sama merayakan ibadat sabda yang lebih sesuai dengan kebutuhan mereka, dan baru pada awal liturgi Ekaristi anak-anak digabungkan dengan umat dewasa.
18. Dapatlah sangat berguna kalau dalam misa umat beberapa tugas diserahkan kepada anak-anak. Misalnya mereka dapat mengantar persembahan atau membawakan satu dua nyanyian.
19. Kalau dalam misa umat jumlah anak lebih besar, kadang-kadang seluruh misa dapat disesuaikan dengan kebutuhan anak-anak itu. Homili bisa ditujukan khusus kepada anak-anak, tetapi sedemikian rupa hingga juga orang dewasa dapat memetik manfaat dari padanya.
Tentu saja selalu dapat diadakan penyesuaian-penyesuaian yang dimungkinkan dalam tata perayaan Ekaristi. Tetapi di samping itu, dalam misa umat yang dihadiri juga oleh anak-anak, dapat pula dimasukkan penyesuaian-penyesuaian khusus yang akan diuraikan di bawah ini, asal saja uskup setempat memberi izin.
BAB III
MISA ANAK-ANAK YANG DIHADIRI OLEH
BEBERAPA ORANG DEWASA

20. Misa umat seperti di atas, yaitu yang dihadiri oleh anak-anak bersama dengan orangtua serta anggota keluarga lainnya tak mungkin diadakan setiap saat. Maka dianjurkan agar di samping misa seperti itu, juga diselenggarakan misa khusus untuk anak-anak yang dihadiri oleh beberapa orang dewasa saja.
Misa semacam ini terutama cocok untuk hari-hari biasa dalam pekan. Dari permulaan pembaruan liturgi sudah disepakati bahwa dalam misa untuk anak-anak itu diperlukan beberapa penyesuaian khusus. Penyesuaian-penyesuaian tersebut akan diuraikan secara umum pada no. 38-54 di bawah.
21. Sehubungan dengan ini hendaknya selalu diperhatikan bahwa misa khusus anak-anak harus membantu anak-anak untuk dapat mengikuti misa umat, khusunya misa umat pada hari Minggu.
Dari sebab itu sebaiknya jangan diadakan upacara misa yang sama sekali baru, yaitu yang terlalu menyimpang dari tata perayaan Ekaristi, kecuali sejauh itu harus disesuaikan dengan umur anak-anak. Masing-masing unsur dalam misa harus selalu mempunyai tujuan yang sama seperti yang diuraikan dalam Pedoman Umum Buku Misa, meskipun kadang-kadang, dengan alasan pastoral, unsur-unsur tersebut dapat mempunyai bentuk lain.

PEMBAGIAN TUGAS DAN PARA PETUGAS
22. Tuntutan untuk ikut serta secara aktif lagi sadar berlaku juga untuk misa anak-anak, bahkan sangat dipentingkan. Maka hendaknya diusahakan agar segala sesuatu diarahkan kepada tujuan ini, yaitu untuk mempermudah dan meningkatkan partisipasi anak-anak itu.
Sebanyak mungkin anak hendaknya diserahi tugas-tugas khusus dalam perayaan, seperti misalnya: menyiapkan dan menghias ruang dan altar (lihat no. 29); membawakan nyanyian (lihat no.24); bernyanyi dalam paduan suara atau memainkan alat musik (lihat no. 32); membawakan bacaan (lihat no. 24 dan 47); memberi jawaban dalam homili (lihat no. 48); mengucapkan doa umat; mengantar persembahan ke altar, atau melakukan tugas-tugas lain sesuai dengan adat kebiasaan bangsa yang bersangkutan (lihat no. 34 ).
Untuk memajukan keikusertaan anak-anak, kadang-kadang dapat juga diadakan tambahan-tambahan, misalnya anak-anak dapat menyebutkan alasan-alasan untuk bersyukur, sebelum imam mulai dengan prefasi.
Dalam semua hal itu harus diingat, bahwa keikutsertaan secara lahiriah akan sangat merugikan anak-anak bila tidak diarahkan kepada keikutsertaan batin. Oleh karena itu saat-saat hening mempunyai tempat penting juga dalam misa anak-anak (lihat no. 37).
Hendaknya diperhatikan agar anak-anak menyadari dengan sungguh-sungguh bahwa keikutsertaan itu mencapai puncaknya dalam komuni dengan menyambut Tubuh dan Darah Kristus sebagai santapan rohani.
23. Imam yang merayakan misa bersama dengan anak-anak hendaknya berusaha agar perayaan sungguh-sungguh bersifat pesta dalam suasana persaudaraan dan kekhidmatan. Hal ini sangat tergantung dari usaha imam sendiri, lebih daripada dalam misa dengan orang dewasa. Imam-lah yang harus menyiapkan diri dengan lebih teliti; imam pula yang harus berusaha menciptakan suasana dengan cara bertindak dan cara bicara.
Hendaknya imam menaruh perhatian besar supaya gerak-geriknya pantas, jelas, dan sederhana. Bila menyapa anak-anak, hendaknya disertai ungkapan dan peragaan (gerak-gerik) sehingga mudah ditangkap, tetapi harus dihindari gerak-gerik yang kekanak-kanakan. Kata pengantar dan penjelasan-penjelasan lain hendaknya dibawakan oleh imam dengan bebas, supaya anak-anak dapat ikut serta secara ikhlas dalam perayaan liturgi. Janganlah penjelasan-penjelasan itu semata-mata merupakan suatu pengajaran.
Hati anak-anak lebih mudah disentuh dan digerakkan, bila imam kadang-kadang menyapa atau mengajak mereka dengan kata-katanya sendiri, misalnya untuk doa tobat, untuk doa persembahan, untuk doa Bapa Kami, untuk salam damai, untuk menyambut komuni.
24. Pada hakikatnya, perayaan Ekaristi selalu merupakan tindakan seluruh umat setempat. Maka dianjurkan agar juga dalam misa anak-anak hadir pula, beberapa orang dewasa, bukan sebagai pengawas, melainkan sebagai anggota umat yang ikut serta dalam doa, men-dampingi serta membantu anak-anak seperlunya.
Bila pastor paroki atau pengurus gereja yang bersangkutan setuju, maka salah seorang dari hadirin dewasa dapat juga membawakan homili sesudah Injil, lebih-lebih kalau imam yang bersangkutan sukar menyesuaikan diri dengan alam pikiran anak-anak. Dalam hal ini hendaknya diindahkan kaidah-kaidah yang digariskan oleh Kongregasi Klerus.
Juga dalam misa anak-anak dapatlah berguna kalau petugas-petugas, seperti pembaca dan penyanyi, diambil dari orang dewasa maupun dari anak-anak, supaya dengan demikian misa lebih tampak sebagai perayaan umat. Dengan adanya variasi suara, misa tidak mudah membosankan.

TEMPAT DAN WAKTU PERAYAAN
25. Tempat utama untuk perayaan Ekaristi bersama dengan anak- anak ialah gereja. Tetapi, di dalam gereja itu hendaknya sedapat mungkin dicari suatu tempat yang cocok dengan jumlah peserta dan dengan sifat perayaan, sehingga anak-anak bisa bergerak dengan bebas sebagaimana dituntut untuk suatu perayaan liturgi yang hidup, sesuai dengan umur anak-anak yang bersangkutan.
Kalau gereja tidak dapat memenuhi syarat-syarat tersebut, lebih baik misa anak-anak kadang-kadang dirayakan di tempat lain, asal saja tempat itu cocok serta pantas untuk perayaan liturgi.
26. Untuk misa anak-anak hendaknya dipilih waktu yang lebih cocok dengan keadaan anak-anak, sehingga mereka sungguh terbuka untuk mendengarkan sabda Allah dan merayakan Ekaristi.
27. Misa dengan anak-anak dapat dirayakan pada hari-hari biasa, asalkan jangan tiap-tiap hari. Dengan demikian misa tersebut akan lebih mengena dan tidak menjemukan anak-anak. Lagi pula, kalau jarak perayaan yang satu dengan perayaan berikutnya lebih lama, misa anak-anak itu dapat disiapkan dengan lebih baik.
Misa bukanlah suatu ibadat yang paling tepat untuk anak-anak. Kadang-kadang lebih baik mengadakan upacara doa, dimana anak-anak juga dapat memberi sumbangan spontan atau mengadakan renungan bersama; atau diadakan ibadat sabda, untuk melanjutkan dan mem-perdalam amanat perayaan Ekaristi yang lalu, serta menyiapkan anak-anak untuk ikut serta secara lebih intensif dalam perayaan Ekaristi yang berikut.
28. Bila anak-anak yang mengikuti misa berjumlah terlalu banyak, perhatian dan partisipasi mereka akan sangat sulit. Maka dari itu, kalau dapat, lebih baik dibentuk beberapa kelompok, bukan menurut perbedaan umur saja, melainkan menurut taraf penghayatan iman serta tingkat katekese.
Kalau misa untuk kelompok-kelompok itu dirayakan pada hari biasa tentu tidak perlu dijatuhkan pada hari dan waktu yang sama.

MENYIAPKAN PERAYAAN
29. Perayaan Ekaristi dengan anak-anak harus dicarikan waktu yang tepat dan disiapkan dengan saksama, terutama doa, nyanyian, bacaan dan ujud doa umat. Persiapan ini sebaiknya dilakukan dalam kerjasama antara semua orang dewasa dan anak yang bertugas dalam misa itu. Sedapat mungkin beberapa anak hendaknya diikutsertakan dalam meng- atur dan menghias ruang perayaan, menyiapkan piala, patena, dan ampul. Persiapan-persiapan lahiriah itu dapat membina rasa kebersamaan dalam perayaan, kalau disertai penghayatan batin yang selaras.

NYANYIAN DAN MUSIK
30. Pada umumnya nyanyian itu sangat penting dalam semua perayaan liturgi. Tetapi dalam misa anak-anak nyanyian harus diberi tempat yang lebih banyak, sebab anak-anak itu amat terbuka dan gemar akan musik. Tentu saja nyanyian itu harus sesuai dengan alam kebudayaan bangsa yang bersangkutan serta dengan daya tangkap anak-anak.
Kalau mungkin aklamasi-aklamasi dinyanyikan oleh anak-anak daripada hanya diucapkan saja, lebih-lebih aklamasi-aklamasi yang terdapat dalam Doa Syukur Agung.
31. Supaya anak-anak lebih mudah ikut serta dalam nyanyian "Kemuliaan", "Syahadat", "Kudus" dan "Anakdomba Allah" di sini dapat digunakan lagu-lagu dengan terjemahan yang lebih cocok untuk anak-anak, meskipun menyimpang dari terjemahan resmi. Tetapi gubahan-gubahan itu harus mempunyai imprimatur.
32. Juga dalam misa anak-anak, alat-alat musik membawa manfaat besar, terutama kalau anak-anak sendiri memainkannya. Sebab alat-alat itu dapat mengiringi nyanyian atau mengisi saat hening. Juga rasa gembira dan suasana pesta serta pujian kepada Allah dapat diungkapkan dengan alat-alat musik.
Namun harus diperhatikan jangan sampai permainan dengan alat musik mengalahkan nyanyian atau membelokkan perhatian anak-anak itu dari penghayatan liturgi. Sebaliknya musik haruslah sesuai dengan fungsi tiap bagian misa yang ditentukan untuk nyanyian atau permainan instrumental.   
Dengan mengingat syarat-syarat yang sama, dalam misa itu dapat juga diperdengarkan musik dari tape recorder, pick-up dan lain-lain, sesuai dengan petunjuk Konferensi Waligereja.

SIKAP BADAN DAN GERAK
33. Mengingat bahwa liturgi menyangkut manusia seutuhnya, mengingat pula psikologi anak-anak, maka sangat dianjurkan agar keikutsertaan anak-anak dalam misa diusahakan juga melalui sikap badan dan gerak-gerik, sesuai dengan umur mereka dan sesuai dengan adat-istiadat setempat. Bukan hanya sikap dan gerak-gerik imam yang mempunyai peranan penting dalam liturgi, melainkan juga sikap dan gerak tubuh anak-anak yang bersama-sama merayakan liturgi tersebut.
Menurut Pedoman Umum Buku Misa, Konferensi Waligereja dapat menentukan sikap badan dalam misa sesuai dengan kebiasaan setempat. Hal ini berlaku juga untuk misa dengan anak-anak. Maka hendaknya kebutuhan anak-anak diperhatikan atau bahkan ditetapkan kaidah-kaidah khusus untuk mereka.
34. Di antara gerak tubuh terutama diperhatikan perarakan dan gerak-gerik lain yang mengikutsertakan seluruh tubuh. Jadi sangat berguna, bila anak-anak berarak-arak masuk ke ruang perayaan bersama dengan imam, sebab dengan demikian mereka lebih mudah merasa berkumpul dan bersatu sebagai himpunan umat. Beberapa anak dapat ikut dalam perarakan Injil, supaya lebih tampak bahwa Kristus hadir untuk mewartakan Sabda-Nya kepada mereka. Bila beberapa anak mengantar piala, hosti dan persembahan lain, mereka mengungkapkan dengan lebih nyata arti dan maksud persiapan persembahan. Juga perarakan menyambut komuni hendaknya diatur dengan tertib dan lancar, supaya anak-anak ditolong dalam menghayati perjamuan kudus.

UNSUR-UNSUR VISUAL
35. Liturgi misa mengandung banyak unsur visual yang memegang peranan penting dalam perayaan. Hal ini terutama menyangkut unsur-unsur yang berhubungan dengan peredaran tahun liturgi, seperti penyembahan salib, penyalaan lilin Paskah, lampu-lampu pesta Yesus dipersembahkan di kenisah, warna liturgi yang berbeda-beda, serta hiasan-hiasan lainnya.
Di samping unsur-unsur visual dalam tata perayaan itu sendiri atau dalam tempat-tempat perayaan, hendaknya juga digunakan unsur-unsur lain yang mencerminkan karya agung Tuhan dalam penciptaan dan penebusan; dan yang mendorong anak-anak untuk berdoa. Tidak pernah liturgi boleh tampak sebagai upacara yang kering dan membosankan, yang hanya ditujukan kepada pikiran saja.
36. Dengan alasan yang sama dapat bermanfaat bila anak-anak sendiri menyiapkan atau membuat gambar-gambar, misalnya melukiskan isi homili, menggambarkan ujud-ujud doa umat, sebagai alat peraga dalam renungan mereka.

SAAT HENING
37. Juga dalam misa anak-anak harus ada “saat hening sebagai bagian penting dari perayaan". Maka janganlah kesibukan-kesibukan lahir terlalu ditekankan. Anak-anak sungguh sanggup untuk mengheningkan cipta dan untuk berdoa dalam batin. Namun mereka harus dibimbing dan dibantu supaya belajar mengalami saat hening (misalnya sesudah komuni atau sesudah homili) untuk menenangkan hati dan mengadakan renungan singkat, untuk berdoa memuji Tuhan dalam batin.
Di samping itu hendaknya diperhatikan, -lebih daripada dalam misa dengan orang dewasa -agar teks-teks liturgi dibawakan dengan tenang dan jelas, tidak terburu-buru, dengan pause-pause singkat di antara kalimat dan alinea.

BAGIAN MISA SATU PER SATU
38. Tentu saja struktur umum misa selalu terdiri "dari dua bagian, yaitu Liturgi Sabda dan Liturgi Ekaristi" yang didahului oleh upacara pembuka dan diakhiri dengan upacara penutup. Namun dalam masing-masing bagian perayaan itu dapat diadakan beberapa perubahan dan penyesuaian sebagaimana diuraikan di bawah ini, supaya anak-anak sungguh dapat menghayati "misteri iman... melalui upacara dan doa-doa", sesuai dengan hukum-hukum psikologis yang berlaku untuk umur mereka.
39. Janganlah perbedaan antara misa anak-anak dan misa orang dewasa menjadi terlalu besar. Beberapa bagian upacara dan rumus sedapat-dapatnya jangan diubah, seperti "aklamasi-aklamasi dan jawaban-jawaban yang diberikan umat atas salam dan doa imam".
Juga doa Bapa Kami dan penyebutan Allah Tritunggal pada akhir berkat penutup misa jangan diubah. Dinasihatkan agar anak-anak lambat laun dibiasakan dengan syahadat panjang, tanpa mengurangi kebebasan untuk menggunakan syahadat singkat, lihat di bawah, no. 49.
  
a)  Upacara Pembuka
40. Tujuan upacara pembuka misa ialah "untuk mempersatukan umat yang berhimpun dan untuk mempersiapkan mereka, supaya dapat mendengarkan sabda Tuhan dan merayakan Ekaristi dengan sebaik-baiknya". Juga dalam misa anak-anak harus diusahakan agar tujuan tersebut tercapai; jadi jangan sampai upacara-upacara pembuka terlalu bertele-tele dan bersimpang siur, sehingga membelokkan perhatian dari tujuan yang sebenarnya.
Maka dari itu unsur-unsur tertentu dalam upacara pembuka kadang-kadang boleh di-tiadakan, sedang unsur-unsur lain dapat diperkaya dan diperluas. Tetapi hendaknya selalu ada pembukaan yang diakhiri dengan doa pembuka. Dalam memilih masing-masing unsur, harus diperhatikan agar setiap bagian mendapat giliran pada waktunya, dan jangan ada sesuatu yang sama sekali diabaikan.

b)  Pembacaan dan Penguraian Sabda Allah
41. Bacaan-bacaan dari Alkitab "merupakan bagian pokok Liturgi Sabda". Oleh karena itu dalam misa anak-anak selalu harus diadakan pembacaan Alkitab.
42. Mengenai jumlah bacaan pada Hari Minggu dan pada pesta-pesta hendaknya diindahkan keputusan Konferensi Waligereja. Bila bagi anak-anak terlalu sukar untuk mendengarkan tiga atau dua bacaan; dapat juga dikurangi menjadi dua atau cukup satu saja.Tetapi bacaan dari Injil tidak pernah boleh ditiadakan.
43. Dapat terjadi bahwa semua bacaan yang ditetapkan untuk hari yang bersangkutan tidak cocok untuk anak-anak. Kalau begitu, boleh dipilih bacaan lain, diambil dari Buku Bacaan Misa atau langsung dari Alkitab, asal saja tidak bertentangan dengan tahun liturgi.
Kepada Konferensi Waligereja dinasihatkan agar disusun dan diterbitkan Buku Bacaan Misa yang khusus untuk anak-anak. Mengingat kepentingan anak-anak, kadang-kadang ayat-ayat tertentu lebih baik dilewati, Namun hendaknya hal ini dilakukan dengan hati-hati dan diselidiki baik-baik, jangan sampai menyimpang dari maksud pengarang atau mengganggu konteks Alkitab.
44. Dalam memilih bacaan-bacaan, lebih pentinglah memerhatikan isi daripada jumlah dan panjangnya bacaan. Belum tentu bacaan yang lebih singkat dengan sendirinya lebih cocok untuk anak-anak. Dalam hal ini hendaknya diutamakan santapan rohani yang bisa diambil oleh anak-anak, dari pembacaan itu.
45. Pada waktu Alkitab dibacakan, "Tuhan sendirilah yang bersabda kepada umat-Nya... Dengan perantaraan sabda-Nya, Kristus sendiri hadir di tengah-tengah umat beriman". Oleh karena itu hendaknya dihindari saduran Alkitab yang terlalu bebas. Namun dianjurkan untuk menggunakan terjemahan yang sesuai untuk anak-anak, misalnya yang sudah tersedia untuk katekese anak-anak, asal saja memakai imprimatur.
46. Bacaan-bacaan hendaknya diselingi dengan nyanyian dan mazmur tanggapan, yang terdiri dari beberapa ayat mazmur yang dipilih dengan saksama untuk kepentingan anak-anak, nyanyian lain yang seirama dengan mazmur atau nyanyian Alleluya dengan ayat sederhana. Namun dalam nyanyian tanggapan itu anak-anak selalu harus dapat ikut serta. Nyanyian tanggapan kadang-kadang boleh diganti dengan saat hening berupa renungan.
Kalau hanya diadakan satu bacaan saja, nyanyian tersebut boleh dibawakan sesudah homili.
47. Dari pembacaan Alkitab itu anak-anak harus dapat mengambil manfaat untuk diri mereka; sedikit demi sedikit mereka harus belajar menghargai dan mendalami sabda Allah. Maka dari itu semua uraian mengenai teks bacaan harus dianggap penting dan dimanfaatkan sebaik-baiknya.
Cara menguraikan bacaan, misalnya dengan penjelasan singkat sebelum bacaan. Maksud penjelasan itu ialah menggugah anak-anak untuk mendengarkan dengan penuh perhatian, menjelaskan konteks bacaan serta menyiapkan mereka untuk menangkap intinya. Dalam misa yang diadakan pada perayaan seorang kudus, bacaan-bacaan lebih mudah dimengerti, bila riwayat hidup santo atau santa yang bersangkutan diceritakan secara singkat, entah sebelum bacaan, entah dalam homili.
Kalau struktur bacaan mengizinkan, beberapa anak dapat membawakannya dengan membagikan dalam beberapa peran seperti dilakukan dalam pembacaan Kisah Sengsara Tuhan dalam Pekan Suci.
48. Dalam semua misa untuk anak-anak, homili amat penting untuk menguraikan sabda Allah. Homili untuk anak-anak kadang-kadang dapat berupa tanya jawab atau percakapan, kecuali kalau dianggap lebih tepat bahwa anak-anak mendengarkan saja.
49. Bila pada akhir Liturgi Sabda diucapkan syahadat, boleh dipakai syahadat para rasul, sebab syahadat para rasul itu mempunyai tempat juga dalam katekese anak-anak.

c)  Doa-doa Pemimpin Upacara
50. Dalam doa-doa yang dibawakan oleh pemimpin upacara, imam harus dapat mengikutsertakan anak-anak dalam doanya. Maka dari itu hendaknya ia memilih doa-doa misa yang paling cocok untuk anak-anak, asal tidak bertentangan dengan tahun liturgi.
51. Kadang-kadang doa yang dipilih itu belum cukup mengungkapkan pengalaman hidup dan penghayatan iman anak-anak, sebab doa itu dikarang untuk kepentingan orang-orang dewasa. Kalau begitu boleh saja rumus doa dari Buku Misa itu diubah dan disesuaikan dengan kebutuhan anak-anak. Namun hendaknya diusahakan, agar maksud dan inti doa sedikit banyak dipertahankan; hendaknya sedapat mungkin dihindarkan segala sesuatu yang bertentangan dengan sifat khas doa pemimpin ibadat. Demikian misalnya harus dihindarkan nasihat dan peringatan yang terlalu moralistis atau cara bicara yang terlalu kekanak-kanakan.
52. Puncak seluruh Perayaan Ekaristi, juga dalam misa dengan anak-anak, ialah Doa Syukur Agung. Dalam hal ini sangat menentukan bagaimana doa tersebut dibawakan oleh imam dan bagaimana dapat diikuti oleh anak-anak serta disambut dengan aklamasi-aklamasi.
Sikap batin yang diharapkan dari anak-anak dalam puncak perayaan ini ialah ketenangan dan rasa hormat, yang meliputi seluruh Doa Syukur Agung. Dengan demikian anak-anak lebih mudah menghayati kehadiran Kristus di altar dalam rupa roti dan anggur; mereka lebih mudah dapat ikut serta dalam kurban dan ucapan syukur yang disampaikan bersama Kristus bersatu dengan Kristus, serta dengan perantaraan Dia. Dan mereka lebih mudah mengambil bagian dalam persembahan Gereja yang berlangsung pada saat itu, yaitu waktu kaum beriman mempersembahkan seluruh hidupnya kepada Bapa kekal bersama Kristus dalam Roh Kudus.



d)  Persiapan Komuni
53. Sesudah Doa Syukur Agung hendaknya selalu menyusul Doa Bapa Kami, pemecahan roti dan ajakan untuk menyambut komuni, sebab bagian-bagian tersebut menduduki tempat yang amat penting dalam rangka persiapan komuni.

e)  Komuni dan Upacara Penutup
54. Hendaknya bagian upacara ini diselenggarakan sedemikian rupa sehingga anak-anak yang sudah boleh menerima komuni dapat menyambut dalam suasana tenang dan dengan penuh kekhidmatan. Sebab dengan demikian mereka mengambil bagian sepenuh-penuhnya dalam misteri Ekaristi. Kalau dapat, selama pembagian komuni dilagukan nyanyian yang sesuai.
Dalam misa anak-anak sangat berguna bila sebelum berkat penutup imam memberikan suatu kata penutup, sebab sebelum pulang anak-anak masih memerlukan sekedar ulangan dan petunjuk konkret tentang cara penerapan amanat perayaan. Namun amanat penutup tersebut hendaknya singkat saja. Di sini tepat sekali bila ditunjukkan dan ditegaskan hubungan yang erat antara liturgi dan kehidupan sehari-hari.
Pada kesempatan-kesempatan tertentu, sesuai dengan tahun liturgi dan dengan kepentingan anak-anak, imam hendaknya memakai rumus-rumus berkat meriah; namun pada bagian akhir hendaknya selalu digunakan rumus berkat dengan menyebut Allah Tritunggal; dan dengan membuat tanda salib.

PENUTUP

55.  Maksud pedoman ini tak lain tak bukan ialah agar anak-anak dalam perayaan Ekaristi dapat menyongsong Kristus, dan bersama dengan-Nya mereka "menghadap Bapa", dengan cara yang lebih cocok serta dalam suasana yang lebih menggembirakan. Bila mereka terlibat secara sadar dan aktif dalam kurban dan perjamuan Ekaristi, mereka pun dididik kian hari kian mendalam untuk mewartakan Kristus, di rumah maupun di luar rumah, dalam keluarga maupun di antara teman-teman sebaya; lagi pula mereka belajar menghayati iman mereka dalam hidup sehari-hari, sebab "iman mengungkapkan diri dalam cinta kasih" (Gal. 5:6).***


Sumber:
Spektrum, No. 4 Tahun XXIV, 1996
Jakarta, Desember 1996, Dokpen KWI

No comments:

Post a Comment