Monday, March 19, 2012

PANDUAN SINGKAT LITURGI SELAMA PEKAN SUCI

PENGANTAR

Pekan suci dimulai dengan Hari Minggu Palma, dilanjutkan dengan hari Senin sampai Kamis dalam Pekan Suci. Dalam Pekan Suci, Gereja merayakan misteri keselamatan yang diwujudkan Tuhan Yesus Kristus pada hari-hari terakhir hidup-Nya sejak Ia sebagai Mesias memasuki Yerusalem.

Masa Prapaskah berlangsung sampai dengan hari Kamis dalam Pekan Suci. Pekan Suci ini dilanjutkan dengan Tri Hari Paskah. Tri Hari Paskah dimulai dengan perayaan Kamis Putih, kemudian hari Jumat Agung, Sabtu Paskah, dan mencapai puncaknya pada Malam Paskah dan berakhir dengan ibadat sore Minggu Paskah.

HARI MINGGU PALMA

MENGENANG SENGSARA TUHAN

Pada hari ini Gereja mengenangkan peristiwa Kristus Tuhan memasuki Kota Yerusalem untuk menggenapi misteri Paskah-Nya.

I. MEMPERINGATI YESUS MASUK YERUSALEM

PERSIAPAN PERARAKAN (CARA I)

(Dalam Buku Misa disediakan dau bentuk yang lain, yang dapat dipakai bila prosesi tidak dapat dilaksanakan karena aneka alasan, tetapi jangan dipakai karena memilih kemudahan)[1]

Pada jam yang ditentukan umat beriman berhimpun di kapel atau tempat yang layak di luar gedung gereja yang menjadi tujuan perarakan. Umat memegang daun palma atau ranting dedaunan.

Imam dan Diakon, dengan mengenakan busana liturgi berwarna merah, didampingi para pelayan yang lain, menuju umat berkumpul. Sebagai ganti kasula, Imam dapat mengenakan pluviale, setelah perarakan selesai, pluviale ditanggalkan dan diganti kasula.

Sementara itu dilagukan Hosanna Putra Daud (PS. 491) atau nyanyian lain yang sesuai.

TANDA SALIB

KATA PENGANTAR

PEMBERKATAN PALMA

Sambil merentangkan tangan, Imam mengucapkan doa pemberkatan palma. Lalu, imam memerciki daun palma dengan air suci tanpa mengucapkan apa-apa.

BACAAN INJIL

Kemudian Diakon, atau kalau tidak ada, Imam sendiri memaklumkan Injil yang mengisahkan Tuhan memasuki Kota Yerusalem, menurut satu dari keempat Injil. Kitab Injil dapat didupai.

HOMILI SINGKAT

AJAKAN UNTUK MEMULAI PERARAKAN

PERARAKAN

Seperti biasa perarakan mulai bergerak menuju gereja tempat misa akan dirayakan. Jika dipakai dupa, seorang pelayan dupa berjalan paling depan sampai mengayun-ayunkan pedupaan yang berasap; menyusul seorang pelayan pembawa salib yang dihias dengan daum palma, diapit oleh dua pelayan yang membawa lilin bernyala. Menyusul Diakon yang membawa Envangeliarium, Imam dan para pelayan yang lain, dan akhirnya seluruh umat, yang bergerak sambil melambai-lambaikan daun palma.

Sementara perarakan berlangsung, dilagukan nyanyian-nyanyian yang sesuai untuk menghormati Raja Kristus. Ketika perarakan memasuki gereja, dilagukan lagu-lagu yang menuturkan Tuhan memasuki kota suci.

Setelah tiba di altar, Imam menghormati altar dan mendupainya. Lalu Imam pergi ke tempat duduk, menanggalkan pluviale dan mengenakan kasula. Dengan menghilangkan bagian-bagian ritus pembuka misa, termasuk Kyrie, Imam langsung mengucapkan doa pembuka. Kemudian misa dilanjutkan seperti biasa.

DOA PEMBUKA

II. LITURGI SABDA

Untuk perayaan Ekaristi hari ini disediakan 3 bacaan. Sangat dianjurkan agar ketiga-tiganya dibacakan, kecuali ada alasan pastoral menyarankan lain. Mengingat pentingnya Kisah Sengsara Tuhan, Imam, sesudah mempertimbangkan situasi jemaat, dapat mengambil salah satu dari kedua bacaan sebelum Injil, atau bahkan hanya mengambil Kisah Sengsara Tuhan, kalau terpaksa boleh yang singkat. Tetapi semua ini hanya boleh dilakukan dalam misa bersama umat.

BACAAN PERTAMA à MAZMUR TANGGAPAN à BACAAN KEDUA à BAIT PENGANTAR INJIL

BACAAN INJIL – KISAH SENGSARA TUHAN

Kisah sengsara dibacakan tanpa lilin dan pendupaan, tanpa salam dan tanpa tanda salib pada buku. Kisah ini dibacakan oleh Diakon atau, kalau tidak ada, imam sendiri. Secara tradisional, dianjurkan untuk membacakannya atau menyanyikannya oleh tiga orang. Dalam hal ini peran Kristus dikhususkan bagi Imam. Sebelum membawakan Kisah Sengsara, Diakon mohon berkat Imam seperti biasa sebelum Injil, tetapi pembaca awam tidak perlu.[2]

HOMILI

Setelah pembacaan kisah sengsara harus diadakan homili.[3]

SYAHADAT

DOA UMAT

III.LITURGI EKARISTI (seperti biasa)

IV. RITUS PENUTUP

HARI KAMIS PUTIH

MENGENANGKAN PERJAMUAN TUHAN

PERSIAPAN

Altar hendaknya dihias dengan bunga secara sederhana supaya sesuai dengan ciri khas hari ini. Tabernakel harus kosong sama sekali.[4] Dalam misa ini hendaknya dikonsekrasikan hosti yang cukup untuk komuni Imam dan umat pada hari ini dan hari berikutnya (Jumat Agung).

Untuk menyimpan Sakramen Mahakudus (yang masih ada) harus dipersiapkan tempat yang dihias dengan pantas yang mengundang untuk doa dan meditasi. Dianjurkan suatu kesederhanaan yang sesuai dengan hari-hari ini.[5]

I. RITUS PEMBUKA

PENGANTAR

TOBAT

MADAH KEMULIAAN

Madah Kemuliaan dinyanyikan. Selama Madah Kemuliaan dilagukan, lonceng dibunyikan. Sesudah itu lonceng tidak dibunyikan lagi sampai Madah Kemuliaan pada Malam Paskah. Demikian pula organ dan alat musik lain boleh dibunyikan hanya untuk menopang nyanyian. Dengan kata lain, alat musik tidak boleh dibunyikan secara instrumen tanpa ada penyanyi.

DOA PEMBUKA

II. LITURGI SABDA

BACAAN PERTAMA à MAZMUR TANGGAPAN à BACAAN KEDUA à BAIT PENGANTAR INJIL à INJIL à HOMILI

III. PEMBASUHAN KAKI

Seusai homili diadakan pembasuhan kaki. Para pria-pria yang terpilih[6] (petugas rasul) menempati tempat duduk yang sudah disediakan. Imam menanggalkan kasula dan mengenakan celemek. Kemudian Imam membasuh kaki mereka serta menyekanya. Sementara itu dilagukan lagu-lagu yang sesuai.

Sesudah pembasuhan kaki, Imam membasuh tangan dan menyekanya. Lalu imam mengenakan kembali kasula dan memimpin doa umat.

DOA UMAT

IV. LITURGI EKARISTI

PERSIAPAN PERSEMBAHAN

Jika memungkinkan, pada saat ini dinyanyikan lagu Ubi caritas est vera (Jika ada cinta kasih)

DOA SYUKUR AGUNG

KOMUNI

Bila dilanjutkan dengan perarakan, sesudah komuni, satu sibori (bukan monstran) berisi hosti suci tetap dibiarkan di atas altar, dan sibori-sibori lain disimpan di tempat yang telah disediakan.

DOA SESUDAH KOMUNI

V. PEMINDAHAN SAKRAMEN MAHAKUDUS

Seusai Doa Sesudah Komuni, sambil berdiri, Imam mengisi pedupaan dan memberkatinya. Lalu, sambil berlutut ia mendupai Sakramen Mahakudus tiga kali. Kemudian Imam mengenakan velum berwarna putih di atas bahunya, berdiri, menyelubungi sibori dengan ujung-ujung velum dan mengangkatnya.

Lalu dimulailah perarakan. Dengan disemarakkan lentera dan kepulan asap dupa, Sakramen Mahakudus diarak melintasi gereja menuju tempat penyimpanan yang disiapkan di bagian lain dari gedung gereja atau di ruang lain yang dihiasi secara serasi. Tempat penyimpanan tak boleh berbentuk “makam suci” karena memang tidak dimaksudkan untuk menunjukkan pemakaman Tuhan, melainkan untuk menyimpan hosti suci untuk komuni pada Jumat Agung.[7]

Petugas pembawa salib berjalan paling depan, diapit petugas lain yang membawa lilin bernyala, disusul petugas yang membawa keprak. Di depan Imam yang membawa Sakramen Mahakudus berjalan petugas yang membawa pedupaan yang mengepul. Sementara itu dilagukan Pange Lingua (kecuali dua baris terakhir) atau nyanyian ekaristis yang lain.

Setibanya perarakan di tempat penyimpanan Sakramen Mahakudus, Imam, kalau perlu dibantu oleh Diakon, meletakkan sibori di dalam tabernakel yang pintunya dibiarkan tetap terbuka. Lalu ia mengisi pedupaan, dan sambil berlutut mendupai Sakramen Mahakudus. Sementara itu dinyanyikan Tantum Ergo (dua bait terakhir dari lagu Pange Lingua) atau nyanyian ekaristis lain. Kemudian Diakon atau Imam sendiri menutup pintu tabernakel.

Setelah bersembah sujud sejenak dalam keheningan, Imam dan para pelayan berlutut, lalu kembali ke sakristi.

Setelah Misa, pada saat yang tepat, segala hiasan dan perlengkapan altar diambil. Jika memungkinkan, salib-salib dikeluarkan dari gereja. Sebaiknya, salib-salin yang tetap ada dalam gereja diselubungi kain merah atau ungu. Di depan gambar/patung para Kudus tak boleh dinyalakan lilin.[8]

Siapa saja yang sudah ambil bagian dalam misa sore mengenang perjamuan Tuhan, tidak perlu lagi melaksanakan Ibadat Sore.

Umat hendaknya diajak melaksanakan sembah sujud di hadapan Sakramen Mahakudus selama waktu yang cocok pada malam hari seturut kebiasaan dan keadaan setempat. Akan tetapi, sesudah tengah malam, sembah sujud hendaknya dilakukan secara sederhana, karena hari Sengsara Tuhan sudah mulai.[9]

Kalau di salah satu gereja tidak dilaksanakan perayaan Jumat Agung untuk mengenang Tuhan, misa ditutup seperti biasa, dan Sakramen Mahakudus disimpan dalam tabernakel.

HARI JUMAT AGUNG

MENGENANG SENGSARA TUHAN

PERSIAPAN

Seturut tradisi yang sangat tua, pada hari ini dan hari berikutnya Gereja sama sekali tidak merayakan sakramen selain Sakramen Tobat dan Sakramen Pengurapan Orang Sakit. Dianjurkan pada hari ini merayakan ibadat bacaan dan ibadat pagi dalam gereja bersama jemaat.[10]

Altar sama sekali kosong, tanpa salib, tanpa lilin dan tanpa kain altar.

I. Perayaan Sengsara Tuhan

Perayaan sengsara Tuhan dilaksanakan sesudah tengah hari, sekitar pukul tiga siang, kecuali jika atas pertimbangan pastoral dipilih waktu sesudah itu, tetapi tidak sesudah jam 21.00.

Imam dan Diakon, kalau ada, dengan menggunakan busana liturgi berwarna merah seperti yang biasanya dikenakan pada waktu misa, berarak ke altar dalam keheningan (tidak ada lagu pembuka). Setelah memberi hormat ke altar, mereka meniarap, atau bila keadaan tidak memungkinkan, berlutut, dan berdoa sejenak dalam keheningan. Semua yang lain (petugas dan umat) berlutut.

Lalu Imam dan para petugas menuju tempat duduk. Di situ Imam menghadap ke arah umat dan sambil merentangkan tangan mengucapkan doa pembuka tanpa ajakan “Marilah berdoa”

DOA PEMBUKA

II. Liturgi Sabda

BACAAN PERTAMA à MAZMUR TANGGAPAN à BACAAN KEDUA à BAIT PENGANTAR INJIL

KISAH SENGSARA

Kisah Sengsara dibacakan atau dinyanyikan tanpa lilin dan pedupaan, tanpa salam dan tanda salib pada buku. Bila pembacanya bukan Imam, sebelumnya mohon berkat dulu. Bila mungkin, sabda-sabda Yesus dibawakan oleh Imam.[11]

HOMILI

Setelah Kisah Sengsara, Imam menyampaikan homili singkat. Pada akhir homili Imam dapat mengundang kaum beriman untuk berdoa hening dengan khusyuk sejenak.[12]

DOA UMAT MERIAH

Liturgi Sabda diakhiri dengan doa umat yang dilaksanakan sebagai berikut: Diakon/petugas awam berdiri di mimbar dan menyampaikan ajakan yang menyatakan ujud doa. Kemudian seluruh umat berdoa sejenak dalam hati, dan sesudah itu, dengan merentangkan tangan, Imam mendaraskan doa sambil berdiri di muka kursi pemimpin atau kalau keadaan tidak memungkinkan sambil berdiri di belakang altar.

Selama doa ini berlangsung, umat dapat tetap berlutut atau berdiri.

III. PENYEMBAHAN SALIB SUCI

Sesudah doa umat, menyusul upacara penyembahan salib secara meriah. Dari kedua cara berikut dapat dipilih salah satu yang lebih sesuai dengan kebutuhan pastoral.

SALIB SUCI DIPERLIHATKAN

Bersama dengan putra-putri altar, Diakon atau seorang petugas nlain yang cakap pergi ke sakristi atau tempat lain yang sudah ditentukan untuk mengambil salib yang diselubungi kain ungu. Didampingi dua putri-putra atar yang membawa lilin bernyala, berarak melintasi gereja menuju ke tengah panti imam. Di dekat pintu, di tengah gereja dan di depan panti imam, pembawa salib mengangkat salib sambil melagukan “Lihatlah kayu salib”. Seluruh umat menjawab “Marilah kita sembah”. Sesudah setiap jawaban, seluruh umat berlutut dan bersujud sejenak dalam keheningan.

PENYEMBAHAN SALIB SUCI

Kemudian, didampingi dua putra-putri altar pembawa lilin bernyala, Imam atau diakon membawa salib ke panti imam atau ke tempat lain yang pantas. Di situ salib diletakkan atau diserahkan kepada para petugas untuk disangga. Lilin-lilin ditempatkan di kiri dan kanannya.

Untuk penyembahan salib urutannya sebagai berikut: pertama, Imam yang memimpin perayaan maju seorang diri, seyogyanya tanpa kasula dan sepatu, kemudian para klerus, petugas awam, dan umat beriman maju dengan teratur, lalu menyatakan hormat pada salib dengan berlutut satu kaki atau dengan cara lain yang sesuai dengan kebiasaan setempat, misalnya dengan mencium salib.

Hendaknya disediakan hanya satu salib untuk disembah, karena dituntut kesejatian tanda.[13] Namun, peraturan bahwa hanya satu salib yang dihormati menimbulkan kesulitan di paroki besar. Hal ini dapat diatasi bila penghormatan salib dilakukan seluruh umat bersama-sama dengan menundukkan kepala terhadap salib yang diangkat oleh petugas Imam atau Diakon. Sesudah Ibadat, umat diberi kesempatan untuk melaksanakan penghormatan kepada salib secara pribadi. Atau, disediakan sejumlah salib untuk dihormati umat satu demi satu, seperti bila akan menyambut komuni.[14]

Sementara penyembahan salib berlangsung, seluruh umat sambil duduk melagukan nyanyian Salib-Mu Tuhan, atau nyanyian lain yang sesuai.

Sesudah penyembahan, salib dibawa oleh Diakon atau putra-putri altar ke tempatnya di dekat altar. Lilin-lilin bernyala diletakkan di sekitar atau di atas meja altar atau di dekat salib.

IV. UPACARA KOMUNI

Di atas meja altar dibentangkan kain altar dan di atasnya diletakkan korporale dan buku misa. Sementara itu, Diakon/Imam mengenakan velum, lalu mengambil Sakramen Mahakudus dari tempat penyimpanannya, dan membawanya ke altar melalui jalan singkat. Dua putra-putri altar mendahului pembawa Sakramen Mahakudus dengan membawa lilin bernyala dan menempatkan lilin tersebut di sekitar atau di atas meja altar. Seluruh umat berdiri dalam keheningan.

Imam berlutut di belakang altar dan kemudian memimpin doa Bapa Kami.

BAPA KAMI

Salam damai tak dipakai.

KOMUNI

PEMBUBARAN UMAT

Pembubaran umat ditutup dengan sebuah doa. Sesudah itu, umat meninggalkan gereja dalam keheningan dengan lebih dahulu berlutut ke arah salib. Sesudah perayaan, altar dikosongkan dari semua perlengkapan, kecuali salib dan dua/empat lilin bernyala.

Mereka yang telah mengikuti upacara liturgis meriah sore ini tidak perlu melaksanakan Ibadat Sore.

MALAM PASKAH

TIRAKATAN KEBANGKITAN TUHAN

PERSIAPAN

Seluruh perayaan Vigili Paskah harus diangsungkan pada malam hari sedemikian sehingga tidak dimuai sebelum matahari terbenam dan selesai sebelum fajar Hari Minggu. Misa Vigili, kendati dirayakan sebelum tengah malam, adalah Misa Paskah Kebangkitan Tuhan. Siapa saja yang sudah mengambil bagian dalam Misa malam, ia boleh menerima komuni lagi pada Misa siang. Perayaan Vigili Paskah menggantikan Ibadat Bacaan. Seperti biasa Diakon mendampingi Imam. Jika tidak ada Diakon, tugas-tugasnya diambil alih oleh Imam yang memimpin perayaan, kecuali hal-hal yang dicatat di bawah ini.

Imam dan Diakon mengenakan pakaian berwarna putih seperti perayaan Misa. Bagi seluruh umat yang merayakan Vigili hendaknya disediakan lilin-lilin. Seturut teladan Injil (Luk 12:35-37) umat beriman dengan membawa lilin menantikan Tuhan bila Ia kembali. Sementara itu lampu-lampu dalam Gereja dipadamkan.

I. PEMBERKATAN API DAN PERSIAPAN LILIN PASKAH

Pada tempat yang memadai di luar gereja, disediakan api unggun. Umat berkumpul di sekitar api unggun itu, lalu Imam bersama para petugas berarak menuju ke api unggun. Seorang di antaranya membawa lilin Paskah. Salib dan lilin-lilin lain tidak dibawa serta.

TANDA SALIB DAN SALAM

PENGANTAR

PEMBERKATAN API

Sesudah doa pemberkatan api baru, seorang petugas membawa lilin Paskah ke hadapan Imam. Lalu imam menggurat dan menancapkan lima biji dupa sesuai dengan yang ada pada teks. Lalu imam menyalakan Lilin Paskah dengan api baru.

PERARAKAN

Sesudah lilin Paskah dinyalakan kembali, seorang petugas mengambil bara dari api baru dan memasukannya ke dalam stribul (wiruk), dan dengan cara biasa Imam mengisi dupa ke dalamnya. Diakon/petugas khusus membawa lilin Paskah itu lalu memulai perarakan. Pembawa stribul yang mengayun-ayunkan stribul berasap berjalan di depan Diakon/petugas khusus yang membawa lilin paskah itu. Lalu menyusullah Imam, para petugas lain, dan umat, semua membawa lilin.

Pada pintu gereja, Diakon/Imam berdiri sambil mengangkat lilin dan bernyanyi “Cahaya Kristus”/”Kristus Cahaya Dunia”. Lalu, Imam menyalakan lilinnya dari nyala lilin Paskah.

Lalu, Diakon berjalan maju ke tengah gereja, berdiri sambil mengangkatlilin dan bernyanyi “Cahaya Kristus”/”Kristus Cahaya Dunia”.

Sesampai di depan Altar, Diakon menghadap umat dan sambil mengangkat lilin ia bernyanyi “Cahaya Kristus”/”Kristus Cahaya Dunia”. Semua orang (dengan dibantu putra-putri altar) menyalakan lilin dari nyala lilin Paskah, lalu perarakan berjalan maju.

Lalu Diakon menempatkan lilin Paskah di kaki lilin yang disediakan di sisi mimbar atau di tengah pelataran imam.

Kini semua lampu dalam gereja dinyalakan, kecuali lilin-lilin di altar.

PUJIAN PASKAH

Setelah sampai di altar, Imam menuju tempat duduknya. Ia memberikan lilinnya kepada putra-putri altar, lalu mengisi pedupaan dan memberkatinya seperti pada pembacaan Injil dalam misa. Diakon menghadap Imam dan memohon berkat. Berkat di atas ditiadakan jika yang membawa Pujian Paskah bukan Diakon.

Sesudah mendupai buku misa dan lilin Paskah, Diakon membawakan pujian sambil berdiri pada mimbar/penyandar buku (standar baca), sementara seluruh umat berdiri sambil memegang lilin bernyala.

Jika tidak ada Diakon, Pujian Paskah dapat dibawakan oleh Imam sendiri, atau Imam lain yang ikut konselebrasi. Tetapi, jika dibawakan oleh seorang awam, kata-kata salam khas imam (seperti dalam prefasi) dilewatkan.

II. LITURGI SABDA

Dalam vigili ini, induk dari segala vigili, disediakan sembilan bacaan, yaitu tujuh dari Perjanjian Lama dan dua dari Perjanjian Baru (Epistola dan Injil). Semuanya harus dibawakan apabila dapat dilaksanakan, agar tampak ciri vigili yang memerlukan waktu yang panjang.

Tetapi, bila keadaan pastoral tidak memungkinkan, jumlah bacaan dari Perjanjian Lama dapat dikurangi, namun hendaknya selalu diperhatikan bahwa bacaan Sabda Allah merupakan bagian dasar dari Vigili Paskah. Hendaknya dibawakan sekurang-kurangnya tiga bacaan yang diambil dari Perjanjian Lama, yakni dari Taurat dan Nabi-Nabi dan tiap-tiap mazmur tanggapannya dinyanyikan. Tetapi, bacaan dari Kitab Keluaran 14 dan kidungnya tetap harus dibawakan.

Sesudah lilin dipadamkan, semua duduk. Sebelum bacaan mulai, imam menyampaikan ajakan singkat kepada umat untuk mendengarkan dan merenungkan Sabda Allah dengan tenang.

BACAAN I-VII

Lalu bacaan-bacaan dibawakan. Lektor menuju mimbar dan membawakan bacaan. Kemudian pemazmur atau penyanyi membawakan mazmur dan umat menjawab. Setelah itu, semua berdiri dan Imam berkata, “Marilah berdoa”, dan sesudah diam sejenak, Imam mengucapkan doa.

MADAH KEMULIAAN

Sesudah bacaan terakhir dari Perjanjian Lama bersama mazmur tanggapan dan doanya, lilin-lilin di altar dinyalakan, dan Imam mengangkat madah “Kemuliaan” yang disambung oleh semua orang, dan lonceng-lonceng dibunyikan, menurut kebiasaan setempat. Hendaknya dipilih rumusan lagu yang lengkap.

DOA PEMBUKA

BACAAN EPISTOLA

Sesudah pembacaan epistola, semua berdiri. Tiga kali Imam mengangkat Alleluya, setiap kali dengan nada yang lebih tinggi dan diulangi oleh umat. Jika perlu, pemazmur yang mengangkat Allleluya.

Imam mengisi pedupaan dan memberkatinya seperti biasa. Pembacaan Injil tidak didampingi lilin, hanya pedupaan.

HOMILI

Sesudah Injil disampaikan homili, meskipun singkat.

III. LITURGI BAPTIS

Sesudah Homili dilangsungkan liturgi pembaptisan. Imam bersama para petugas menuju bejana baptis.

LITANI PARA KUDUS

(Jika tidak ada calon baptis dan tidak ada pemberkatan bejana baptis, Litani Para Kudus ditiadakan, langsung diadakan pemberkatan air)

Dalam Litani dapat ditambahkan nama-nama orang kudus, terutama pelindung Gereja, wilayah, dan para calon baptis.

PEMBERKATAN AIR BAPTIS

PEMBAHARUAN JANJI BAPTIS

Sesudah upacara pembaptisan, seluruh umat bersama baptisan baru memperbarui janji baptis sambil berdiri memegang lilin bernyala. Pembaharuan janji baptis ini tidak dilakukan jika sudah dilaksanakan sebelumnya.

Setelah janji penolakan setan dan pembaharuan iman, Imam mereciki umat dengan air suci, sementara itu umat bernyanyi. Para baptisan baru diantar kembali ke tempat duduknya di antara umat.

Seusai perecikan, Imam kembali ke tempat duduk. Syahadat ditiadakan.

DOA UMAT

Dari tempatnya Imam memimpin Doa Umat. Sebaiknya Doa permohonan dilaksanakan mereka yang baru dibaptis sebagai wujud partisipasi pertama mereka mewujudkan imamat kerajaan.[15]

IV. LITURGI EKARISTI

PERSIAPAN PERSEMBAHAN

Sebaiknya persembahan diantar ke altar oleh para baptisan baru; Kalau mereka itu anak-anak, oleh orang tua atau wali baptisnya.

DOA SYUKUR AGUNG

BAPA KAMI

Sebelum elevasi (pengangkatan Tubuh dan Darah Kristus) yang terakhir, Imam memberikan penjelasan singkat kepada para baptisan baru mengenai Komuni Pertama yang akan mereka sambut dan mengenai makna Ekaristi yang sedemikian agung, yang merupakan puncak inisiasi dan pusat seluruh hidup Kristiani.

Para baptisan baru, bersama para wali, para orangtua, pasangan yang katolik, dan para katekis sebaiknya menerima Komunis Suci dalam dua rupa menurut tata cara yang disetujui oleh Uskup setempat.

DOA SESUDAH KOMUNI

V. RITUS PENUTUP

BERKAT MERIAH

HARI RAYA PASKAH MINGGU PAGI

MISA HARI RAYA

KEKHASAN

Mengingat bahwa pengikut misa pagi sebagian besar tidak sempat mengikuti misa malam, maka di sini diusulkan dua hal, yang diambilkan dari perayaan Malam Paskah, yaitu: perarakan lilin paskah pada bagian pembuka dan pembaharuan janji baptis sesudah homili. Namun, hal ini disesuaikan dengan keadaan masing-masing tempat sesuai kebiasaan.

Sebagai pengganti ritus tobat dianjurkan hari ini pemercikan dengan air, yang diberkati pada Malam Paskah, sementara itu dinyanyikan antifon Vidi Aquam.

Madah Paskah (Sekuensia) dinyanyikan atau dibacakan sesudah Bacaan Kedua.

Lilin Paskah ditempatkan di sisi mimbar atau di sisi altar. Lilin itu dinyalakan pada semua perayaan liturgi yang agak besar (Mis: Pada Misa, Ibadat pagi, Ibadat Sore) sampai dengan Minggu Pentakosta. Setelah itu lilin Paskah disimpan dengan hormat pada tempat yang layak (bila ada kapel baptis). Pada perayaan baptis, lilin baptis dinyalakan dari padanya. Pada Misa Arwah pada hari pemakaman lilin Paskah hendaknya ditempatkan di samping peti sebagai tanda bahwa kematian orang Kristiani adalah paskah pribadinya. Di luar masa Paskah, lilin Paskah tak boleh dinyalakan dan juga tidak tinggal di altar.

Dikompilasikan oleh : Yoseph Indra Kusuma

Sumber :

1. Rubrik-rubrik dalam Buku Misa Hari Minggu dan Hari Raya (Edisi Revisi), Yogyakarta: Penerbit Kanisius, 2011.

2. Perayaan Paskah dan Persiapannya (Litterae Circulares De Festis Paschalibus Praeparandis et Celebrandis), Roma: Congregatio Pro Cultu Divino, 16 Januari 1988 yang sudah diterjemahkan oleh Piet Go, O.Carm.

dengan berbagai penyederhanaan bahasa.



[1] Congregatio pro Culto Divino, Surat Edaran Kongregasi Ibadat dan Tata Tertib Sakramen mengenai Perayaan Paskah dan Persiapannya, 16 Januari 1988, no. 30

[2] Perayaan Paskah dan Persiapannya, no. 33

[3] Perayaan Paskah dan Persiapannya, no. 34

[4] Perayaan Paskah dan Persiapannya, no. 48

[5] Perayaan Paskah dan Persiapannya, no. 49

[6] Perayaan Paskah dan Persiapannya, no. 51

[7] Perayaan Paskah dan Persiapannya, no. 55

[8] Perayaan Paskah dan Persiapannya, no. 57

[9] Perayaan Paskah dan Persiapannya, no. 56

[10] Perayaan Paskah dan Persiapannya, no. 62

[11] Lih. Minggu Palma

[12] Perayaan Paskah dan Persiapannya, no. 66

[13] Perayaan Paskah dan Persiapannya, no. 69

[14] Lih. Pedoman Lingkaran Natal dan Lingkaran Paskah, Komisi Liturgi Regio Jawa

[15] Perayaan Paskah dan Persiapannya, no. 91

No comments:

Post a Comment